April 22, 2007

|+ Saat Aku Ingat Mati


 
Sesungguhnya kematian adalah haq, pasti terjadi, tidak dapat disangkal 
lagi. Allah ubhanahu wata'ala berfirman, artinya, 
"Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu 
selalu lari dari padanya." (QS. Qaaf:19) 
 
Adakah orang yang mendebat kematian dan sakaratul maut? Adakah orang 
yang mendebat kubur dan azabnya? Adakah orang yang mampu menunda 
kematiannya dari waktu yang telah ditentukan? 
 
Mengapa manusia takabur padahal kelak akan dimakan ulat? Mengapa 
manusia melampaui batas padahal di dalam tanah kelak akan terbujur? Mengapa 
berandai-andai, padahal anda mengetahui kematian akan datang secara 
tiba-tiba? 
 
Hakikat Kematian 
 
Adalah salah bila ada orang yang mengira bahwa kematian itu hanya 
ke-fana-an semata dan ketidak-adaan secara total yang tidak ada kehidupan, 
perhitungan, hari dikumpulkan, kebangkitan, surga atau neraka padanya!! 
Sebab andaikata demikian, tentulah tidak ada hikmah dari penciptaan dan 
wujud kita. Tentulah manusia semua sama saja setelah kematian dan dapat 
beristirahat lega; mukmin dan kafir sama, pembunuh dan terbunuh sama, 
si penzhalim dan yang terzhalimi sama, pelaku keta'atan dan maksiat 
sama, penzina dan si rajin shalat sama, pelaku perbuatan keji dan ahli 
takwa sama. 
 
Pandangan tersebut hanyalah bersumber dari pemahaman kaum atheis yang 
mereka itu lebih buruk dari binatang sekali pun. Yang mengatakan seperti 
ini hanyalah orang yang telah tidak punya rasa malu dan menggelari 
dirinya sebagai orang yang bodoh dan 'gila.' (Baca: QS. At-Taghabun:7, QS. 
Yaasiin: 78-79) 
 
Kematian adalah terputusnya hubungan ruh dengan badan, kemudian ruh 
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan seluruh lembaran amal 
ditutup, pintu taubat dan pemberian tempo pun terputus. 
 
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah 
menerima taubat seorang hamba selama belum sekarat." (HR. At-Turmu-dzi dan Ibn 
Majah, dishahihkan Al-Hakim dan Ibn Hibban) 
 
Kematian Merupakan Musibah Paling Besar!! 
 
Kematian merupakan musibah paling besar, karena itu Allah ubhanahu 
wata'ala menamakannya dengan 'musibah maut' (Al-Maidah:106). Bila seorang 
hamba ahli keta'atan didatangi maut, ia menyesal mengapa tidak menambah 
amalan shalihnya, sedangkan bila seorang hamba ahli maksiat didatangi 
maut, ia menyesali atas perbuatan melampaui batas yang dilakukannya dan 
berkeinginan dapat dikembalikan ke dunia lagi, sehingga dapat bertaubat 
kepada Allah ubhanahu wata'ala dan memulai amal shalih. Namun! Itu 
semua adalah mustahil dan tidak akan terjadi!! (Baca: QS. Fushshilat: 24, 
QS. Al-Mu'minun: 99-100) 
 
Ingatlah Penghancur Segala Kenikmatan!! 
 
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menganjurkan agar banyak mengingat 
kematian. Beliau bersabda, "Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan 
(maut)," (HR. At-Tirmidzi, hasan menurutnya). Imam Al-Qurthubi 
rahimahullah berkata, "Para ulama kita mengatakan, ucapan beliau, "Perbanyaklah 
mengingat penghancur kenikmatan", merupakan ucapan ringkas tapi padat, 
menghimpun makna peringatan dan amat mendalam penyampaian wejangannya. 
Sebab, orang yang benar-benar mengingat kematian, pasti akan mengurangi 
kenikmatan yang dirasakannya saat itu, mencegahnya untuk bercita-cita 
mendapatkannya di masa yang akan datang serta membuatnya menghindar dari 
mengangankannya, sekalipun hal itu masih memungkinkannya. 
 
Namun jiwa yang beku dan hati yang lalai selalu memerlukan wejangan 
yang lebih lama dari para penyuluh dan untaian kata-kata yang meluluhkan 
sebab bila tidak, sebenarnya ucapan beliau tersebut dan firman Allah 
ubhanahu wata'ala dalam surat Ali 'Imran ayat 185, (artinya, "Tiap-tiap 
yang berjiwa akan merasakan mati) sudah cukup bagi pendengar dan 
pemerhati-nya.!!" 
 
Siapa Orang Yang Paling Cerdik? 
 
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma pernah berkata, "Aku pernah menghadap 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang 
datang, lalu salah seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, "Wahai 
Nabi Allah, siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas?" 
Beliau menjawab, "(adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan 
paling siap menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka 
pergi (mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat." (HR. 
Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri) 
 
Faedah Mengingat Kematian 
 
Di antara faedah mengingat kematian adalah: 
- Mendorong diri untuk bersiap-siap menghadapi kematian sebelum 
datangnya. 
 
- Memperpendek angan-angan untuk berlama-lama tinggal di dunia yang 
fana ini, karena panjang angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya 
kelalaian. 
 
- Menjauhkan diri dari cinta dunia dan rela dengan yang sedikit. 
 
- Menyugesti keinginan pada akhirat dan mengajak untuk berbuat ta'at. 
 
- Meringankan seorang hamba dalam menghadapi cobaan dunia. 
 
- Mencegah kerakusan dan ketamak-an terhadap kenikmatan duniawi. 
 
- Mendorong untuk bertaubat dan mengevaluasi kesalahan masa lalu. 
 
- Melunakkan hati, membuat mata menangis, memotivasi keinginan 
mempelajari agama dan mengusir keinginan hawa nafsu. 
 
- Mengajak bersikap rendah hati (tawadhu'), tidak sombong, dan berlaku 
zhalim. 
 
- Mendorong sikap toleransi, me-ma'afkan teman dan menerima alasan 
orang lain. 
 
Perkataan Orang-Orang Bijak 
 
 
  a.. Al-Qurthubi rahimahullah berkata, "Umat sepakat bahwa kematian 
tidak memiliki usia tertentu, masa tertentu dan penyakit tertentu. Hal 
ini dimaksudkan agar seseorang senantiasa waspada dan bersiap-siap 
menghadapinya." 
 
 
 
  b.. Yazid Ar-Raqqasyi rahimahullah berkata kepada dirinya, "Celakalah 
engkau wahai Yazid! Siapa orang yang akan menggantikan shalatmu setelah 
mati? Siapa yang berpuasa untukmu setelah mati? Siapa yang memohon 
ridha Allah untukmu setelah mati? Wahai manusia! Tidakkah kamu menangis dan 
meratapi diri sendiri dalam sisa hidup kamu? Siapa yang dicari maut, 
kuburan jadi rumahnya, tanah jadi kasurnya dan ulat jadi teman dekatnya, 
lalu setelah itu ia akan menunggu lagi hari kecemasan yang paling 
besar; bagaimana kondisi orang yang seperti ini nanti.?" Beliau (Yazid-red) 
pun kemudian menangis. 
 
 
 
  c.. Ad-Daqqaq rahimahullah berkata, "Siapa yang banyak mengingat 
kematian, maka ia akan dimuliakan dengan tiga hal: Segera bertaubat; 
Mendapatkan kepuasan hati; dan bersemangat dalam beribadah. Dan siapa yang 
lupa akan kematian, maka ia akan disiksa dengan tiga hal: Menunda untuk 
bertaubat; Tidak merasa cukup dengan yang ada dan malas beribadah." 
 
 
 
  d.. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, "Sesungguhnya kematian 
ini telah merusak kenikmatan yang dirasakan para penikmatnya. Karena 
itu, carilah kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya."
 
 
 
Faktor-Faktor Pendorong Mengingat Kematian 
 
1. Ziarah kubur. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Berziarah 
kuburlah kamu, sebab ia dapat mengingatkanmu akan akhirat." (HR. Ahmad 
dan Abu Daud, dishahihkan Syaikh Al-Albani) 
 
2. Melihat mayat ketika dimandikan. 
 
3. Menyaksikan orang-orang yang tengah sekarat dan menalqinkan mereka 
dengan kalimat syahadat. 
 
4. Mengiringi jenazah, shalat atasnya serta menghadiri penguburannya. 
 
5. Membaca Al-Qur'an, terutama ayat-ayat yang mengingatkan akan 
kematian dan sakratul maut seperti ayat 19 surat Qaaf. 
 
6. Uban dan Penyakit. Kedua hal ini merupakan utusan malaikat maut 
kepada para hamba. 
 
7. Fenomena alam yang dijadikan Allah ubhanahu wata'ala untuk 
mengingatkan para hamba akan kematian seperti gempa, gunung meletus, banjir, 
badai dan sebagainya. 
 
8. Membaca berita-berita tentang umat-umat masa lalu yang telah 
dibinasakan oleh maut. 
 
Semoga Allah ubhanahu wata'ala menutup akhir hayat kita dengan Husnul 
Khatimah dan menerima semua amal shalih kita, Amin. (Abu Hafshah Hanif) 
 
(SUMBER: Buletin berjudul Kafaa bilmauti Waa'izha, Dep. Ilmiah Darul 
Wathan) 

No comments: