Salah satu belas kasih Allah
subhanahu wata'ala terhadap orang-orang
shalih yakni Allah subhanahu wata'ala
memberikan kepada mereka dua
kebahagiaan; Kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dan perlu kita ketahui bahwa rasa
bosan hidup yang Allah berikan kepada
orang yang banyak melakukan
maksiat, atau mencari kebahagian bukan
dengan cara yang Dia ridhai, akan
menjadikan sempit kehidupan dunia mereka
sehingga mereka merasa terus
tertekan. Maka orang yang demikian ini
meskipun berada dalam kehidupan yang
glamour dan penuh gemerlap, namun senantiasa
merasa tersiksa hidupnya.
Mengapa demikian?
Mengapa mereka yang banyak menikmati
musik, mengunjungi tempat-tempat
"hiburan" (baca maksiat), meminum khamer,
melihat yang haram dan lain
sebagainya, hanya menikmati itu dalam sesaat
lalu setelah itu berubah
menjadi kesempitan, kegalauan dan kesedihan?
Jawabannya yakni karena Allah subhanahu
wata'ala menciptakan manusia
untuk satu tugas, yang tidak akan mungkin
kehidupan menjadi lurus jika
dia melupakan tugas itu dan sibuk dengan
selainnya. Tugas itu tidak lain
adalah beribadah, sebagaimana firman-Nya,
artinya,
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka
menyembah-Ku." (QS. adz-Dzariyat:56)
Jika seseorang menggunakan jasad dan
ruhnya untuk sesuatu yang
bertetangan dengan tujuan dari penciptaannya
maka kehidupan akan menjadi
berantakan. Sebagai contoh, ketika seseorang
sedang berjalan kaki, lalu
sandalnya tiba-tiba putus, kemudian dia
mengatakan, "Tidak apa-apa saya
menggunakan peci saya untuk alas kaki.
Lalu dia berjalan dengan alas peci
tersebut. Maka orang yang melihatnya
tentu akan mengatakan sebagai orang
gila, karena peci adalah untuk tutup
kepala bukan untuk alas kaki.
Demikian pula ketika seseorang ingin
menulis tidak menggunakan pena, namun
menggunakan sepatu misalnya, maka
jelas tidak akan dapat menulis
dengannya.
Demikian pula manusia, dia diciptakan
untuk beribadah dan melakukan
ketaatan kepada Allah subhanahu wata'ala.
Maka barang siapa yang
menggunakan hidupnya bukan untuk fungsi
itu dia akan celaka dan sengsara. Jika
anda memperhatikan kondisi suatu masyarakat
atau bangsa yang
kehidupannya bukan untuk beribadah kepada
Allah subhanahu wata'ala, maka akan anda
dapati mereka dalam keadaan rusak. Sehingga
tidaklah mengherankan jika
terlontar pertanyaan, "Mengapa tingkat
kasus bunuh diri di negara yang
menggunkan sistem kebebasan sangat tinggi?
Mengapa di Amerika terjadi
lebih dari dua puluh lima ribu kasus bunuh
diri setiap tahunnya?
Demikian pula kasus yang terjadi di
Inggris, Peracis, Swedia dan lain-lain?
Mengapa mereka bunuh diri? Apakah mereka
tidak mendapati khamer secara
bebas untuk diminum? Tidak, bahkan khamer
dan minuman sejenis amatlah
banyak di sembarang tempat. Apakah tidak
ada negeri-negeri tempat
melancong? Bahkan amat banyak negeri-negeri
yang luas tempat mereka
bersenang-senang. Lalu apakah mereka tidak
diberi kebebasan untuk ini dan itu,
apakah mereka dilarang berzina? Apakah tidak ada sarana hiburan,
tempat-tempat permainan dan sejenisnya?
Tidak sama sekali! Bahkan mereka melakukan
apa saja yang mereka
inginkan. Hidup dengan berbagai kesenangan
dunia dan kehidupan seksual bebas,
dan hal itu selalu ada di depan mata mereka.
Jika demikian, mengapa
mereka bunuh diri, mengapa mereka bosan hidup,
mengapa mereka memilih mati
dan meninggalkan khamer, zina dan segala
permainan hidup?
Jawabannya sangatlah sederhana,
yaitu sebagaimana difirmankan Allah
subhanahu wata'ala, artinya,
"Dan barangsiapa yang berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan
Kami akan menghimpunkannya pada
hari Kiamat dalam keadaan buta". (QS. 20:124)
Mereka selalu mendapatkan kesempitan
hidup saat kedatangan dan
kepergian mereka, dalam safar dan
mukimnya mereka, ketika makan dan minum,
tatkala berdiri dan duduk, selalu
menyertai dalam tidur dan bangunnya dan
dalam seluruh kehidupan mereka hingga mati.
Barangsiapa yang berpaling dari Allah
subhanahu wata'ala dan
peringatan-Nya, maka Allah akan memasukkan
rasa ketakutan dan kesedihan di dalam
hatinya. Dia berfirman, artinya,
"Akan Kami masukkan ke dalam hati
orang-orang kafir rasa takut,
disebabkan mereka menyekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak
menurunkan keterangan tentang itu.
Tempat kembali mereka ialah neraka;
dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal
orang-orang yang zalim".
(QS. 3:151)
Sedangkan orang yang mengenal Rabbnya,
selalu menghadap kepada-Nya
dengan sepenuh hati maka mereka mendapatkan
kebahagiaan. Allah subhanahu
wata'ala berfirman, artinya,
"Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih,
baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan Kami berikan balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka
kerjakan." (QS. 16:97)
Seorang Syaikh mengisahkan, "Aku pernah
pergi berobat ke Inggris, dan
aku masuk ke salah satu rumah sakit
ternama yang ada di sana. Pasien
yang masuk ke rumah sakit ini adalah
orang-orang besar, pejabat tinggi dan
para menteri. Ketika seorang dokter
masuk ke ruanganku dan melihat
penampilanku, dia berkata, "Anda
seorang muslim? Aku menjawab, "Ya!" Dia
lalu berkata, "Ada satu problem yang
membuatku bingung setelah aku
mengenal diriku, apakah mungkin anda
mendengarkan apa yang saya alami? Aku
jawab, "Tentu!
Dia lalu memulai ceritanya," Aku memiliki
harta yang melimpah,
pekerjaan yang sangat mapan, ijazah yang
tinggi, dan aku telah mencoba seluruh
kesenangan hidup, aku meminum berbagai
jenis minuman keras, melakukan
perzinaan dan seks bebas, pergi
melancong ke negara ini dan itu. Akan
tetapi mengapa aku selalu merasakan
kesempitan hidup dan bosan dengan
berbagai kesenangan itu? Aku telah
berkali-kali mendatangi psikolog dan
bahkan beberapa kali aku ingin mencoba
bunuh diri, barangkali dengan itu
aku mendapatkan kehidupan lain yang di
sana tidak ada lagi kejenuhan
dan kesempitan. Apakah anda tidak
merasakan kejenuhan dan kesempitan di
dalam hidup ini?" Aku katakan kepadanya,
"Tidak, bahkan aku terus
merasakan kebahagiaan, dan aku akan
tunjukkan kepada anda jalan keluar
dari
masalah yang sedang anda hadapi,
tetapi tolong jawab dulu pertanyaan
saya!
"Jika anda ingin memuaskan mata anda
maka apa yang anda lakukan? Dia
menjawab, "Aku melihat wanita cantik
dan pemandangan yang indah." Aku
bertanya lagi, "Jika anda ingin memuaskan
telinga anda maka apa yang anda
lakukan? Dia berkata, "Aku mendengarkan
musik yang merdu." Aku bertanya
lagi, "Jika yang ingin anda puaskan
adalah penciuman hidung maka apa
yang anda lakukan? Dia lalu menjawab,
"Aku mencium parfum atau pergi ke
taman (untuk mencium bunga)."
Aku lalu berkata kepadanya, "Baiklah.
sekarang saya bertanya, "Ketika
anda ingin memuaskan mata, mengapa anda
tidak mendengarkan musik saja?"
Maka dia pun terheran-heran dan berkata,
"Tidak mungkin, karena musik
adalah khusus untuk dinikmati telinga.
" Lalu aku bertanya lagi, "Dan
ketika anda ingin memuaskan penciuman
hidung mengapa anda tidak melihat
pemadangan yang indah?" Dia semakin
heran dengan pertanyaanku, lalu
berkata, "Tidak mungkin karena melihat
pemandangan adalah untuk memuaskan
mata."
Aku pun berkata, "Baik, kini aku telah
sampai kepada apa yang aku
inginkan dari diri anda. "Apakah anda
merasakan jenuh di mata anda? Dia
menjawab, "Tidak! Lalu apakah anda
merasakannya di telinga anda, di hidung,
mulut dan kemaluan anda? Dia menjawab,
"Tidak, tetapi aku merasakan itu
di dalam hatiku, di dalam dadaku.
" Aku berkata, "Anda merasakan
kesempitan itu di dalam hati anda,
padahal hati juga membutuhkan kepuasan
tersendiri yang tidak akan mungkin
dipenuhi dengan cara memuaskan anggota
badan selainnya. Maka anda harus
mengetahui apa saja yang dapat
memberikan kepuasan hati (batin).
Karena dengan mendengarkan musik,
meminum
khamer, memandang dan berzina yang
anda lakukan itu tidak akan mungkin
dapat memuaskan hati anda."
Orang tersebut keheranan lalu
berkata, "Anda benar, lalu bagaimanakah
cara untuk memuaskan hatiku?
" Aku katakan, "Dengan bersaksi
bahwa tidak
ada sesembahan yang hak selain
Allah dan bahwa Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam adalah utusan
Allah, dan anda bersujud di hadapan Allah
yang menciptakan, anda mengadukan
segenap kesedihan hanya kepada Allah
subhanahu wata'ala. Dan dengan
itu anda akan merasakan kehidupan yang
lapang, penuh ketenangan dan
kebahagiaan." Dia lalu
mengangguk-anggukkan
kepalanya seraya berkata,
"Berikan kepadaku buku
tentang Islam dan
berdoalah untukku, aku
akan masuk Islam," tambahnya.
Maka aku pun menyelesaikan
pengobatanku di sana, lalu
setelah itu
pulang kembali ke negeriku.
Dan aku berharap orang itu
benar-benar masuk
Islam setelah itu. Benarlah
firman Allah subhanahu wata'ala,
artinya,
"Hai manusia, sesungguhnya telah
datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit
(yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman. Katakanlah, "Dengan
karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah
dengan itu mereka bergembira.
Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih
baik dari apa yang mereka
kumpulkan". (QS. Yunus :57-58)
Sumber: "Hal tabhatsu 'an wadzifah," hal 31-35,
Dr. Muhammad bin Abdur
Rahman al-'Arifi [Ibn Djawari]
alsofwah.or.id
May 14, 2007
|+ Bunuh diri, mengapa terjadi ...?
|+ Ku merindui mu ...
Mereka berkumpul mengelilingi beliau. Rasul bertanya :
"Wahai para sahabat. Hari ini, aku tawarkan kepada kalian.
Barang siapa di antara kalian pernah aku sakiti.
Maka sekaranglah saatnya kalian mengqishash diriku".
"Wahai sahabat, kalau kalian pernah merasa aku
sakiti silakan saatnya kalian membalasnya"
Mereka merasa sebentar lagi masa-masa indah
bersama Rasul tercinta akan berakhir.
"Silakan siapa yang mau mengqishash diriku......
"Saya ya Rasul...saya akan mengqishash anda ya Rasulullah.. .
" Umar langsung mencabut pedanganya sambil berkata
" Apa yang akan kamu lakukan wahai Ukasah...pedang
Umar yang akan menebas kepalamu kalau engkau
berani menyakiti Rasulullah."
"Wahai Ukasah Abu Bakar dan keluarganya
yang akan menebusnya ya Ukasah" Rasulpun melarang
Abu Bakar membelanya.
aku mengiringi Engkau berperang, cambukmu
pernah mengenai punggungku ya Rasulullah.. .
Untuk itu kali ini aku ingin mencambukmu ya Rasul....
akan tetapi rasul dengan tersenyum mempersilakan
Ukasah mengambil cambuknya
"Ya Rasulullah pada waktu cambukmu mengenai
kulit punggungku,pada sat itu langsung mengenai
kulit punggungku, karena tidak tertutup kain
punggungku pada waktu itu. Untuk itu, aku ingin
punggungmu di buka ya Rasulullah.
Ukasah. Rasul dengan tetap tersenyum sambil
membuka kain yang dikenakannya.
Maka seketika itu juga Ukasah menubruk
punggung Rasulullah, kemudian memeluk
dan mencium punggung yang kemilau itu.
Sambil menangis sesenggukan Ukasah berkata
"Wahai Rasul Alloh...maafkan aku...aku hanya
ingin memeluk dan mencium tuibuhmu untuk
yang terakhir kalinya...dan aku ingin tetap
bersama-sama engkau ya rasul sampai di akhirat kelak.
Alloh di kabulkan Allah wahai Ukasah"
kemudian datang mengucap salam...serta
menyampaikan salam dari Alloah SWT, bahwa
Alloh rindu bertemu dengan Rasulullah.
Jibrilpun memalingkan muka...tidak tega menyaksikannya. ...
Irji'i ila robbiki raa dhiyatam mardhiyyah,
Fadkhuli fi 'ibadi.Wadkhuli jannati...."
( teh sumiati )
TPA Istiqamah Comminty of STTTelkom
|+ Tatkala Pilihan Itu Tiba
Oleh : Fahmi Amhar Manusia hidup selalu dihadapkan pada
berbagai pilihan. Ketika muda kita diharuskan memilih
sekolah, setelah selesai kita wajib memilih pekerjaan,
lalu memilih tempat tinggal, memilih pasangan hidup,
bahkan juga memilih partai politik untuk menyalurkan
aspirasi kita.
Kadang kita bingung, apa pegangan atau parameter kita
dalam memilih ini.
Rasulullah mengajarkan doa yang bisa ditarik hikmah yang
dalam. Doa itu sering dibaca orang seusai sholat.
Bunyinya, "Allahumma inni as'aluka salamatan fid dien, wa
'afiyatan fi jasadi, wa ziyadatan fi 'ilmi, wabarakatan fi
rizqi, wa taubatan qablal maut . ". Doa ini bisa kita
jadikan tips memilih ala Rasulullah.
Yang pertama, Salamatan fid din, pilihan itu harus
menyelamatkan agama kita. Kita masih bisa mengkaji Islam,
masih bisa ibadah, masih bisa menutup aurat, masih bisa
menjauhi yang haram dan menjalankan yang wajib, termasuk
untuk berdakwah. Rugi kita memilih sekolah yang
keren, tapi nanti merusak aqidah kita. Demikian juga dalam
memilih tempat kerja, rumah atau jodoh.
Kedua, Afiyat fi jasadi, pilihan itu harus mampu menjaga
kesehatan kita; tidak mengikis tubuh kita sedikit demi
sedikit tanpa makna.Apa artinya penghasilan tinggi, tapi
badan hancur, sampai nggak bisa ibadah lagi, sehingga
kebahagiaan tidak berkelanjutan
Ketiga Ziyadatan fi ilmi, pilihan itu meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman kita. Kita bergaul atau bekerja
tidak untuk makin bodoh.Jadi pilih lingkungan kerja atau
pergaulan yang meluaskan wawasan maupun ilmu kita, sebagai
bekal amal saleh kita. Karena tiada amal kecuali dengan
ilmunya.
Keempat, Barakatan fi rizqi, pilihan itu membawa berkah
dalam rizki kita. Rizki kita itu tidak cuma yang berujud
materi, tapi juga yang non materi, seperti udara yang
segar, suasana aman dan tenang, istri yang shalihah dst.
Apa artinya pilihan dengan penghasilan besar dan fasilitas
mewah, bila lalu jarang ketemu anak istri, sampai akhirnya
rumah tangga seperti neraka .
Kelima, Taubatan qabla maut, pilihan itu masih memberi
ruang kepada kita untuk memperbaiki diri, taubat, atau
bahkan bila perlu menarik diri (mundur) secara baik-baik,
bila ternyata ada sesuatu yang haram atau membahayakan di
dalamnya. Ada bidang 'profesi' yang praktis tidak memberi
peluang exit seperti ini, misalnya jadi dealer narkoba.
Nah semua ini, dilandasi dengan pengenalan syariat yang
shahih, serta niat yang ihlas, insya Allah akan menjadikan
kita meraih kebaikan dalam pilihan-pilihan kita. Karena
semua ukuran baik-buruk, berkah-tidak, tentu saja tidak
oleh ukuran manusia yang picik ini, tapi oleh
ukuran-ukuran yang ditetapkan Allah dalam hukum
syariatnya.
Allah berfirman: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahu, sedang kamu tidak mengetahui." (Qs. 2:216).
|+ Ketika aku Mengenal Diriku
Ya Allah, Kenalkan Aku dengan Diriku
PKPU Online - Di antara ciri-ciri kebahagiaan dan
kemenangan seorang hamba adalah: Bila ilmu pengetahuannya
bertambah, bertambah pula kerendahan hati dan kasih sayangnya.
Setiap bertambah amal-amal shalih yang dilakukannya,
bertambah pula rasa takut dan kehati-hatiannya dalam
menjalankan perintah Allah. Semakin bertambah usianya,
semakin berkuranglah ambisi-ambisi keduniaannya.
Ketika bertambah hartanya, bertambahpula
kedermawanan dan pemberiannya pada sesama.
Jika bertambah tinggi kemampuan dna kedudukannya,
bertambahlah kedekatannya pada manusia
dan semakin rendah hati pada mereka.
Sebaliknya, ciri-ciri kecelakaan seseorang adalah:
Jika bertambah ilmu pengetahuannya, bertambah
kesombongannya. Setiap bertambah amalnya, bertambah
kebanggaannya pada diri sendiri dan penghinaannya
pada orang lain. Bila semakin bertambah kemampuan
dan kedudukannya semakin bertambah pula
kesombongannya. (Ibnul Qayyim, Al Fawaid)
Saudaraku,
Suasana apa yang terekam dalam jiwa kita saat
membaca kalimat-kalimat di atas? Bilakah kita berada
dalam daftar orang-orang yang berbahagia dan menang?
Atau, celaka? Smoga Allah swt membimbing hati dan
langkah kita untuk tetap memiliki karakter orang-orang
yang berbahagia dan menang. Semoga Allah menjauhkan
hati dan langkah kita dari karakter orang-orang yang
terpedaya oleh ilmu, amal dan kemampuannya. Amiin.
Saudaraku,
Di antara manfaat lain yang bisa kita petik
dari petuah Ibnul Qayyim itu adalah, kedalaman
ilmunya tentang lintasan dan perasaan-perasaan jiwa.
Ibnul Qayyim yang banyak berguru pada Imam Ibnu Taimiyyah itu,
berhasil mengenali karakter jiwa kemanusiaannya,
sampai ia pun kemudian banyak mengeluarkan
nasihat-nasihat yangmaknanya sangat dalam dan menyentuh tentang jiwa.
Saudaraku,
Mengenali diri memang penting. "Man arafa nafsahu, arofa Rabbahu,"
orang yang mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya.
Begitu kata Ali radhiallahu anhu. Rasulullah saw juda
mengajakrkan kita untuk lebih banyak bercermin dan
mengevaluasi diri sendiri, ketimbang bercermin dan
mengevaluasi orang lain. Orangyang sibuk oleh aib
dan kekurangannya, kata Rasulullah lebih beruntung,
ketimbang orang yang sibuk dengan kekurangan orang lain.
Dan memang, manfaat menjalani nasihat Rasulullah
ini adalah seperti dikatakan oleh Ibnul Qayyim,
"Barangsiapa yang mengnal dirinya, ia akan sibuk
untuk memperbaiki diri daripada sibuk
mencari-cari aib dan kesalahan orang lain."
Saudaraku,
genggam erat-erat tali keimanan kita, Kenalilah diri.
Pahami kebiasaannya. Rasakan setiap
getarannya. Lalu berhati-hati dan kontrollah kemauan
dan kecenderungannya. Waspadai kekurangannya
dan manfaatkan kelebihannya. Berdoalah pada
Allah agar Ia menyingkapkan ilmu-Nya tentang diri kita.
Sebagaimana senandung do'a yang dilantunkan
Yusuf bin Asbath, murid Sofyan Ats Tsauri,
"Allahumma arrifnii nafsii." Ya Allah kenalkanlah aku
dengan diriku sendiri. [Muhammad Nursani]
|+ Pandanglah kebawah
tidak memiliki semua yang diinginkan
apalagi yang hendak di cari?
tidak mengetahui sesuatu,
kesempatan untuk belajar
( teh sumiati at yahoo )
TPA Istiqamah Community of STTTelkom Bandung
May 12, 2007
|+ Semangkuk Mie
dengan ibunya. Karena sangat marah,
Ana segera meninggalkan rumah
tanpa membawa apapun.
Saat berjalan di suatu jalan, ia baru
menyadari bahwa ia sama sekali
tdk membawa uang.
Saat menyusuri sebuah jalan, ia
melewati sebuah kedai bakmi dan ia
mencium harumnya aroma masakan.
Ia ingin sekali memesan semangkuk
bakmi, tetapi ia tdk mempunyai uang.
Pemilik kedai melihat Ana berdiri
cukup lama di depan kedainya, lalu
berkata "Nona, apakah engkau ingin
memesan semangkuk bakmi?"
"Ya, tetapi, aku tdk membawa uang"
jawab Ana dengan malu-malu
"Tidak apa-apa, aku akan
mentraktirmu" jawab si pemilik kedai.
"Silahkan duduk, aku akan memasakkan
bakmi untukmu".
Tidak lama kemudian, pemilik kedai
itu mengantarkan semangkuk bakmi.
Ana segera makan beberapa suap,
kemudian air matanya mulai
berlinang. "Ada apa nona?" Tanya
si pemilik kedai.
"tidak apa-apa" aku hanya terharu
jawab Ana sambil mengeringkan air
matanya.
Bahkan, seorang yang baru kukenal pun
memberi aku semangkuk bakmi !,
tetapi, ibuku sendiri, setelah bertengkar
denganku, mengusirku dari
rumah dan mengatakan kepadaku
agar jangan kembali lagi ke rumah"
"Kau, seorang yang baru kukenal,
tetapi begitu peduli denganku
dibandingkan dengan ibu kandungku
sendiri" katanya kepada pemilik
kedai
Pemilik kedai itu setelah mendengar
perkataan Ana, menarik nafas
panjang dan berkata
"Nona mengapa kau berpikir seperti
itu? Renungkanlah hal ini, aku
hanya memberimu semangkuk bakmi
dan kau begitu terharu. Ibumu telah
memasak bakmi dan nasi utukmu saat
kau kecil sampai saat ini,
mengapa kau tidak berterima kasih
kepadanya? Dan kau malah
bertengkar dengannya"
Ana, terhenyak mendengar hal tsb.
"Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb?
Utk semangkuk bakmi dr org yg
baru kukenal, aku begitu berterima kasih,
tetapi kepada ibuku yg
memasak untukku selama bertahun-tahun,
aku bahkan tidak
memperlihatkan kepedulianku kepadanya.
Dan hanya karena persoalan
sepele, aku bertengkar dengannya.
Ana, segera menghabiskan bakminya,
lalu ia mnguatkan dirinya untuk
segera pulang ke rumahnya.
Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan
kata-kata yg hrs diucapkan kpd ibunya.
Begitu sampai di ambang pintu
rumah, ia melihat ibunya dengan
wajah letih dan cemas. Ketika
bertemu dengan Ana, kalimat
pertama yang keluar dari mulutnya
adalah "Ana kau sudah pulang,
cepat masuklah, aku telah menyiapkan
makan malam dan makanlah
dahulu sebelum kau tidur, makanan akan
menjadi dingin jika kau tdk
memakannya sekarang"
Pada saat itu Ana tdk dapat
menahan tangisnya dan ia menangis
dihadapan ibunya.
Temans... Sekali waktu, kita mungkin
akan sangat berterima kasih kpd
org lain disekitar kita untuk suatu
pertolongan kecil yang diberikan
kepada kita. Tetapi kpd org yang
sangat dekat dengan kita (keluarga)
khususnya orang tua kita, kita
harus ingat bahwa kita berterima
kasih kepada mereka seumur hidup kita.
RENUNGAN:
BAGAIMANAPUN KITA TIDAK BOLEH
MELUPAKAN JASA ORANG TUA KITA.
SERINGKALI KITA MENGANGGAP
PENGORBANAN MEREKA MERUPAKAN
SUATU PROSES
ALAMI YANG BIASA SAJA. TETAPI KASIH
DAN KEPEDULIAN ORANG TUA KITA
ADALAH HADIAH PALING BERHARGA YANG
DIBERIKAN KEPADA KITA SEJAK KITA
LAHIR. PIKIRKANLAH HAL ITU....
APAKAH KITA MAU MENGHARGAI
PENGORBANAN TANPA SYARAT DARI ORANG TUA
KITA?
HAI ANAK-ANAK, TAATILAH ORANG
TUAMU DALAM SEGALA HAL, KARENA ITULAH
YANG INDAH DIDALAM TUHAN.
by
Rifky Ramadhana
TPA Istiqamah Community of STTTelkom
|+ Aksi dan Reaksi
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang".
(HR. al-Bukhari). Tidak ada
balasan kebaikan kecuali kebaikan
(pula), barangsiapa menyayangi
makhluq Allah maka Allah akan menyayanginya.
Sebagai mana yang disabdakan
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
"Orang-orang yang penyayang,
maka Allah akan menyayangi mereka.
Sayangilah penduduk bumi maka
penduduk langit akan menyayangi kalian". (HR. At-Tirmidzi).
Balasan itu sesuai dengan
jenis amal perbuatan yang dilakukan. Allah
subhanahu wata'ala akan
memperlakukan hamba-Nya
sebagaimana perlakuan
hamba tersebut terhadap
hamba-hamba Allah. Allah
subhanahu wata'ala
berfirman yang artinya,
memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang". (QS. At-Taghabun:14).
Dan juga firman Allah subhanahu
wata'ala
dalam surat An-Nur ayat 22 yang
artinya, "Dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah
mengampunimu?".
Bersegeralah untuk meringankan
kesulitan-kesulitan orang lain agar
Allah meringankan kesulitan dari
dirimu. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda, "Barangsiapa
menghilangkan satu kesulitan dari
seorang
muslim maka Allah akan membalasnya
dengan menghilangkan satu kesulitan
dari kesulitan-keslitan yang ada
pada hari Kiamat". (HR. al-Bukhari).
Bantulah manusia memenuhi
kebutuhan hidupnya, maka dengan cara itu
engkau akan mendapatkan pertolongan dari
Allah. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, "Allah
selalu menolong hamba-Nya selama hamba
itu menolong saudaranya". Juga
sabda beliau, "Barangsiapa berada di dalam
kebutuhan saudaranya maka Allah
berada di dalam kebutuhannya". (HR.
Imam Muslim).
Jadilah engkau seorang hamba
Allah yang menghilangkan kesukaran
orang-orang yang tertimpa kesulitan
niscaya Allah akan memberi kemudahan
kepada kamu. Rasulullah shallallahu
maka Allah akan memudahkannya di
dunia dan akhirat". (HR. Muslim).
Bersikap lemahlembutlah terhadap
hamba-hamba Allah, semoga engkau
termasuk golongan yang tersirat
dalam do'a yang dipanjatkan Nabi
Muhammad
Allah, barangsiapa bersikap lembut
terhadap umatku, maka perlakukanlah
ia dengan lembut dan barangsiapa yang
membuat kesukaran kepada mereka maka
ciptakanlah kesukaran baginya".
(HR. Ahmad).
Dan Rasulullah shallallahu
"Sesungguhnya Allah Maha lemah lembut
dan mencintai kelembutan. Dia
memberikan pada kelemah lembutan apa
yang tidak Dia berikan pada kekerasan".
(HR. Muslim). Dan juga sabda beliau,
mendapat sifat lemah lembut maka ia
terhalang dari semua kebaikan". (HR.
Muslim).
Tutupilah aib hamba-hamba Allah, maka Allah
subhanahu wata'ala akan
menutupi aibmu. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa menutupi aib seorang muslim
maka Allah akan menutupi aibnya di
dunia dan akhirat". (HR. Muslim). Dan
sabda beliau, "Barangsiapa menutupi
aib seorang muslim maka Allah akan
menutupi aibnya pada hari Kiamat".
(HR. Ibnu Majah).
Berilah makan kaum muslimin niscaya
Allah subhanahu wata'ala akan
memberi makanan kepadamu. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Mukmin manapun yang memberi makan seorang
mukmin ketika lapar maka
Allah akan memberikannya makanan dari
buah-buahan Surga." (HR. Imam
At-Tirmidzi).
Berilah minum kaum muslimin maka Allah
subhanahu wata'ala akan
memberikan minuman kepadamu. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam telah
besabda, "Mukmin manapun yang memberi
minum seorang mukmin yang sedang
kehausan maka Allah akan memberinya
minum pada hari Kiamat dari Ar-Rohiq
Al-Makhtum". (HR. At-Tirmidzi)
Berilah kaum muslimin pakaian niscaya
Allah akan memberi pakaian
kepadamu. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, "Mukmin mana pun yang
memberi pakaian kepada seseorang
yang telanjang maka Allah akan
memberinya
pakaian sutra halus berwarna
hijau dari Surga". (HR. at-Tirmidzi).
Sebagaimana perlakuanmu terhadap
hamba-hamba Allah, maka seperti itu
pula perlakuan Allah terhadapmu.
Oleh karena itu, janganlah sekali-kali
engkau menyiksa manusia karena
sesungguhnya Allah akan menyiksamu.
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah
menyiksa orang-orang yang menyiksa
manusia di dunia". (HR. Imam Muslim).
Allah subhanahu wata'ala juga telah
berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat
49 yang artinya, "Dan (ingatlah)
ketika Kami selamatkan kamu dari
(Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya;
mereka menimpakan kepadamu siksaan
yang
seberat-beratnya". Dalam ayat lain Allah
subhanahu wata'ala berfirman
yang artinya, "Dan pada hari terjadinya
kiamat, (dikatakan kepada
malaikat), "Masukkanlah Fir'aun dan
kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras".
(QS. Al-Mukmin: 46).
Hindarilah dirimu dari mempersulit
hamba-hamba Allah karena hal itu
dapat membuatmu tertimpa do'a yang
diucapkan Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam, "Ya Allah, barangsiapa
yang mengurusi urusan umatku lalu
membuat susah mereka, maka buatlah
kesusahan baginya". (HR. Muslim).
Janganlah engkau menyakiti hati kaum
muslimin dengan mencari-cari aib
mereka karena Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah bersabda,
"Barangsiapa mencari-cari aib seorang muslim,
maka Allah akan
mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa
yang Allah menelusuri (mencari-cari) aibnya
maka Allah akan membongkarnya meskipun
berada di dalam rumahnya". (HR.
At-Tirmidzi).
sayangmu kepada manusia karena Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah
bersabda, "Barang siapa yang
tidak menyayangi manusia, maka Allah Azza
wa Jalla tidak
menyayanginya". (HR. Muslim).
Ingatlah baik-baik wahai hamba-hamba
Allah! Di mana engkau
memperlakukan hamba-hamba Allah dengan
sebuah perbuatan, maka engkau akan
mendapatkan balasan yang sesuai dengan
apa yang telah engkau kerjakan di sisi
Sang Pencipta. Imam Ibnul Qoyyim berkata,
"Sesungguhnya Allah Maha Mulia
dan Ia mencintai kemuliaan dari hamba-Nya.
Allah Maha Mengetahui
(berilmu), dan mencintai para ulama.
Allah Maha berkuasa, mencintai para
pemberani. Allah Maha Indah, mencintai
keindahan. Allah Maha Penyayang,
menyayangi orang-orang yang penyayang.
Sesungguhnya Allah menyayangi
hamba-hamba-Nya yang penyayang. Allah
Maha Menutupi (aib), mencintai
orang-orang yang menutupi aib hamba-hamba-Nya.
Allah Maha Pemaaf, mencintai
hamba-Nya yang senang memberi maaf. Allah Maha
Pengampun, mencintai
hamba-Nya yang mengampuni kesalahan orang
lain. Allah Maha Lembut, mencintai
kelembutan dari hamba-hamba-Nya dan
membenci kekerasan. Allah Maha
Santun, mencintai sopan santun. Allah
Maha Baik, mencintai kebaikan dan
pelakunya. Allah Maha Adil, mencintai
keadilan. Allah Maha Menerima udzur
(alasan yang dibenarkan), mencintai
orang yang menerima udzur
hamba-hamba-Nya.
Allah subhanahu wata'ala akan memberi
balasan kepada hamba-Nya sesuai
dengan sifat-sifat ini. Maka
barangsiapa memaafkan maka Allah akan
memaafkannya. Barangsiapa siapa yang
mengampuni kesalahan manusia maka Allah
akan mengampuninya. Barang siapa
bersikap dermawan kepada orang lain
maka Allah subhanahu wata'ala akan
bersikap dermawan kepada nya.
Barangsiapa memusuhi hamba-hamba
Allah maka Allah akan memusuhinya.
Barangsiapa bersikap lemah lembut
kepada hamba-hamba Allah maka Allah
akan bersikap lemah lembut kepadanya.
Barangsiapa menyayangi makhluk
Allah maka Allah akan menyayanginya.
Barangsiapa berbuat baik kepada
manusia maka Allah akan berbuat baik
kepada-Nya. Barangsiapa memberi manfaat
kepada manusia maka Allah akan memberikan
manfaat kepadanya.
Barangsiapa menutupi aib saudaranya maka
Allah subhanahu wata'ala maka menutupi
kekurangan atau kesalahannya. Barangsiapa
berusaha untuk tidak marah
kepada manusia maka Allah tidak akan marah
kepadanya.
Barangsiapa mencari-cari aib manusia maka
Allah akan menelusuri
aib-aibnya. Barangsiapa membuka kejelekan
hamba-hamba Allah maka Allah akan
membuka dan membeberkan kejelekannya.
Barangsiapa enggan berbuat baik
kepada manusia maka Allah tidak akan
berbuat baik kepadanya. Barangsiapa
membuat sulit seseorang maka Allah
akan memberinya kesukaran (masalah).
Barangsiapa berbuat makar, maka Allah
akan membalas makar kepadanya.
Barangsiapa menipu Allah maka Allah
akan memberikan balasan kepadanya
dengan tipuan pula.
Dan barangsiapa memperlakukan
seseorang dengan sebuah sifat maka Allah
akan memperlakukannya dengan sifat
itu sendiri di dunia dan akhirat.
Allah akan memperlakukan hamba-Nya
sesuai dengan perlakuan hamba terhadap
makhluk-Nya.
Maka tamaklah engkau -semoga Allah
memberi taufik kepadamu- untuk
senantiasa memberi manfaat kepada
hamba-hamba Allah, untuk merealisasikan
sebuah sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, "Barangsiapa
diantara kalian mampu memberi mafaat
terhadap saudaranya maka lakukanlah".
(HR. Muslim). Berbuat baiklah kepada
mereka sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berbuat kebaikan.
Jadilah engkau seorang yang lembut
yang senang memudahkan urusan
mereka. Karena Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah bersabda,
"Neraka itu haram menyentuh setiap
orang yang lunak, lembut, mudah (dalam
bermuamalah) dan dekat
(dengan manusia)". (HR. Imam Ahmad).
Maafkanlah mereka, janganlah
mudah marah, toleransilah
terhadap mereka
dan senantiasalah menjadi
seorang pengampun. Semoga
Allahsubhanahu
wata'ala mengampuni segala
dosa dan kesalahanmu.
Sesungguhnya Allah tidak
menyia-nyiakan pahala seseorang
yang memperbagus amal perbuatannya.
(Zainal Abidin)
Disarikan dari: "Kama Takuunu
Li 'Ibadillahi Yakunullahu Lak" karya
Abdul Qayyum As-Suhaibany"
|+ Tak Bosan dengan iIdayah
Ihdinashshiraatal mustaqim, "Ya Allah
tunjukkanlah kami jalan yang
lurus", demikian kita -kaum muslimin-
mengucapkan doa ini, paling tidak 17
kali dalam sehari. Ada apakah di balik
permohonan ini? bukankah jalan
yang lurus sudah jelas bagi kita, yakni
agama Islam, dan kita semua
alhamdulillah sudah menjadi seorang muslim?
Do،¦a tersebut ternyata
mengandung makna yang sangat mendalam, dan
hampir mirip dengan doa qunut
yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam. Seringkali
kita mendengar lafazh do'a qunut (misalnya
qunut Ramadhan atau qunut
nazilah, red) yang biasa dibaca oleh imam-imam
kita di dalam shalatnya.
Di antara permohonan dalam donya tersebut
adalah, "Allahummahdinaa
fiiman hadait" artinya, "Ya Allah berilah
kami petunjuk sebagaimana orang
yang telah Engkau beri petunjuk."
Berikut penjelasan asy-Syaikh Muhammad
bin Shalih al-Utsaimin
rahimahullah berkenaan dengan doanya
tersebut, semoga bermanfaat.
Kalimat "Berilah kami petunjuk" yang
terlampir pada cuplikan do'a di
atas mengandung makna yang sangat luas.
Donya tersebut bukan hanya
permohonan petunjuk saja, tetapi juga
permohonan agar mampu untuk
melaksanakan petunjuk tersebut. Makna
do'a itu adalah sebagai berikut,
"Tunjukkanlah kami ya Allah kepada
kebenaran dan mudahkanlah bagi kami untuk
menjalankan kebenaran itu." Petunjuk yang
sempurna lagi bermanfaat adalah
petunjuk yang Allah subhanahu wata'ala
memadukan di dalamnya antara
ilmu dan amal.
Suatu petunjuk yang tidak diiringi
dengan amal/perbuatan, maka akan
sia-sia, bahkan menyesatkan.
Karena setiap orang yang tidak mengamalkan
ilmu yang telah ia miliki, maka
ilmunya itu justru akan berbalik menjadi
bencana bagi dirinya sendiri.
Sebagai misal tentang petunjuk
berupa ilmu pengetahuan yang tidak
dibarengi dengan amal perbuatan adalah
seperti yang difirmankan Allah
subhanahu wata،¦ala, yang artinya,
"Dan adapun kaum Tsamud maka
mereka telah Kami beri petunjuk tetapi
mereka lebih menyukai buta
(kesesatan) daripada petunjuk itu". (QS.
Fushilat:17)
Dari ayat tersebut di atas
"Mereka telah Kami beri petunjuk"
mengandung
maksud bahwa Allah subhanahu wata'ala
telah memberi penerangan bagi
mereka akan suatu jalan dan telah Ia
karuniakan bagi mereka itu ilmu
pengetahuan, akan tetapi mereka berbuat
yang sebaliknya yaitu seperti
yang termuat pada kalimat berikutnya,
yang artinya, "Tetapi mereka lebih
menyukai buta (kesesatan) daripada
petunjuk itu".
Adapun petunjuk yang berupa ilmu
dan penerangan guna menggapai
kebenaran adalah seperti yang telah
dicontohkan di dalam firman Allah subhanahu
wata،¦ala yang ditujukan kepada
Nabi-Nya shallallahu 'alaihi
wasallam, artinya, "Dan sesungguhnya
kamu benar-benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus". (QS. Asy-Syuuraa: 52)
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar
memberi petunjuk" pada rentetan kata
ayat di atas memiliki penjabaran
makna sebagai berikut, "Kamu (wahai
Muhammad) memberi petunjuk, penerangan,
dan pengajaran kepada manusia
menuju jalan yang lurus.
Sedangkan contoh dari petunjuk
yang bermakna taufiq adalah yang biasa
diucapkan oleh orang-orang yang
sedang melaksanakan shalat, artinya,
"Tunjukilah kami jalan yang
lurus". (QS. Al-Fatihah:6)
Maka di saat anda mengucapkan,
"Tunjukilah kami jalan yang lurus", maka
apakah anda memohon kepada Allah
subhanahu wata،¦ala suatu karunia
ilmu tanpa amal ? Ataukah mungkin
sebaliknya suatu amalan tanpa
didasari
oleh ilmu ? Atau mungkin yang
ketiga ini yaitu karunia ilmu
berserta
amal ? Pendek kata hendaklah
bagi setiap insan jika ia
memohon kepada
Allah subhanahu wata،¦ala,
"Tunjukilah kami jalan yang lurus", agar ia
menghadirkan jiwanya bahwa ia sedang
meminta kepada Allah subhanahu
wata،¦alaƒnkarunia ilmu dan
amal/perbuatan, maka ilmu itulah
yang
bertindak sebagai petunjuk, sedang
amal/perbuatan itulah yang dimaksudkan
sebagai taufiq.
Hal inilah -menurut sepengatahuan
saya, dan keilmuan tentang itu adalah
berada di sisi Allah subhanahu wata'ala-
yang masih jauh dari
jangkauan kebanyakan kaum muslimin di
kala mereka mengucapkan,
"Ihdinashshiraatal mustaqim (Ya Allah
Tunjukilah kami jalan yang lurus)".
Sehingga di sini dapat dikatakan bahwa
firman-Nya yang berbunyi,
artinya, "Dan sesungguhnya kamu
benar-benar memberi petunjuk kepada jalan
yang lurus" yang ditujukan kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam ini merupakan petunjuk berupa
penerangan dan penjelasan saja, adapun
firman-Nya yang artinya, "Sesungguh nya
kamu tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang yang kamu kasihi." (QS. Al-Qashash: 56), maka arti
dari petunjuk pada ayat ini adalah
petunjuk taufiq berupa amal
perbuatan.
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam tidak bisa memberi
petunjuk taufiq kepada seseorang
guna melakukan amal shalih selamanya. Jika
memang Beliau mampu, niscaya Beliau
akan dapat memberi petunjuk kepada
paman beliau Abu Thalib, yang mana
Beliau telah mengusahakannya sampai
Beliau bersabda kepada pamannya itu
di saat-saat menjelang kematiannya,
"Wahai paman, katakan Laa Ilaaha
Illallah suatu kalimat yang aku akan
berhujjah bagimu dengan kalimat
itu di sisi Allah.،¨
Namun apa boleh buat apabila
telah mendahuluinya suatu kalimat atau
ketetapan dari Allah subhanahu wata'ala,
bahwa ia merupakan penghuni
neraka -kami berlindung kepada Allah
dari adzab api neraka- maka ia pun
tidak mengucapkan untaian kalimat
syahadatain bahkan pernyataan akhirnya
mengindikasikan bahwa ia masih
memeluk agama Abdul Muthalib (bapaknya).
Meskipun begitu yang terjadi, tapi
Allah subhanahu wata'ala
mengizinkan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam untuk memberikan syafaat
bagi pamannya itu bukan lantaran ia
adalah masih pamannya sendiri,
namun tiada lain karena ia telah
bertindak melindungi Nabi shallallahu
'alaihi wasallam dan Agama Islam, maka
beliau pun telah memberi
syafaat di dalam adzab. Adapun ia
(Abu Thalib) berada di dalam bara api
neraka dan ia di atas dua alas kaki,
sedang otaknya mendidih karena panas
keduanya, dan sesungguhnya dia ahli
neraka yang mendapatkan
seringan-ringan adzab. Rasulullah
shallallahu ،¥alaihi wasallam
bersabda,
"Kalaupun bukan karena aku (syafa'at
beliau, red), maka niscaya ia berada di
dalam kerak api neraka". (HR. al-Bukhari
dalam Kitab Manaqibul Anshar,
bab qishshatu Abi Thalib, Fath al-Baari 7/193.
Dan Muslim dalam Kitabul
Iman)
Saya berpendapat, bahwa apabila kita
ucapkan di dalam do'a qunut, "Ya
Allah berilah kami petunjuk sebagaimana
orang yang telah Engkau beri
petunjuk." Maka pada hakikatnya kita
meminta dua macam petunjuk yaitu
petunjuk berupa ilmu dan petunjuk berupa amal/perbuatan.
Adapun ungkapan, "Sebagaimana mereka
yang telah Engkau beri petunjuk",
maka apa maksud dari ungkapan ini?
Padahal kalau mau menyingkatnya
dengan, "Ya Allah berilah petunjuk
kepada kami" sudah tersirat maksud dari
permohonan do'a itu, namun mengapa
harus disertai "sebagaimana orang
yang telah Engkau beri petunjuk",
yaitu agar kalimat itu menjadi bagian
dari "tawassul"(perantara) untuk
mendapatkan kenikmatan-kenikmatan yang
Allah subhanahu wata،¦ala berikan kepada
mereka yang telah memperoleh
petunjuk-Nya agar Ia melimpahkannya
juga kepada kita melalui petunjuk
tersebut.
Dengan arti lain sesungguhnya kami
memohon kepada-Mu ya Allah suatu
petunjuk karena itu merupakan
sebesar-besar rahmat, kebijaksanaan, serta
keutamaan-Mu, maka sesungguhnya
Engkau yang telah memberikan petunjuk
kepada seluruh insan, maka
berilah petunjuk kepada kami sebagaimana
mereka yang telah Engkau beri
petunjuk. (Sampai di sini penjelasan Syaikh
al-Utsaimin)
Oleh karena itu seorang muslim
tidak akan pernah merasa bosan untuk
selalu minta hidayah (petunjuk)
kepada Allah subhanahu wata'ala,
baik
petunjuk berupa ilmu (hidayah irsyad)
dan petunjuk untuk melaksanakan
ilmu tersebut (hidayah taufiq).
Sebab kalau kita bertanya pada diri kita,
"Apakah kita mengetahui seluruh ilmu
dan kebaikan tanpa kecuali, maka
tentu dengan jujur kita akan menjawab
tidak, apalagi kalau ditanya
apakah kita sudah megerjakan seluruh
ilmu dan kebaikan tersebut tanpa
kecuali? Begitu juga kalau kita
tanyakan apakah kita mengetahui seluruh
keburukan tanpa kecuali tentu kita
akan menjawab tidak, dan lebih-lebih
kalau ditanya apakah kita mampu
menjauhi seluruh keburukan tersebut tanpa
kecuali, maka kita semua akan berkata tidak.
(Sumber: Duruus Wal Fatawa
Al Haram Al Makky, jilid 1, edisi terjemah
"Syarah Doa Qunut", Pustaka Islam Tadabbur)