May 14, 2007

|+ Bunuh diri, mengapa terjadi ...?

Salah satu belas kasih Allah
subhanahu wata'ala terhadap orang-orang
shalih yakni Allah subhanahu wata'ala
memberikan kepada mereka dua
kebahagiaan; Kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dan perlu kita ketahui bahwa rasa
bosan hidup yang Allah berikan kepada
orang yang banyak melakukan
maksiat, atau mencari kebahagian bukan
dengan cara yang Dia ridhai, akan
menjadikan sempit kehidupan dunia mereka
sehingga mereka merasa terus
tertekan. Maka orang yang demikian ini
meskipun berada dalam kehidupan yang
glamour dan penuh gemerlap, namun senantiasa
merasa tersiksa hidupnya.
Mengapa demikian?


Mengapa mereka yang banyak menikmati
musik, mengunjungi tempat-tempat
"hiburan" (baca maksiat), meminum khamer,
melihat yang haram dan lain
sebagainya, hanya menikmati itu dalam sesaat
lalu setelah itu berubah
menjadi kesempitan, kegalauan dan kesedihan?


Jawabannya yakni karena Allah subhanahu
wata'ala menciptakan manusia
untuk satu tugas, yang tidak akan mungkin
kehidupan menjadi lurus jika
dia melupakan tugas itu dan sibuk dengan
selainnya. Tugas itu tidak lain
adalah beribadah, sebagaimana firman-Nya,
artinya,
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka
menyembah-Ku." (QS. adz-Dzariyat:56)


Jika seseorang menggunakan jasad dan
ruhnya untuk sesuatu yang
bertetangan dengan tujuan dari penciptaannya
maka kehidupan akan menjadi
berantakan. Sebagai contoh, ketika seseorang
sedang berjalan kaki, lalu
sandalnya tiba-tiba putus, kemudian dia
mengatakan, "Tidak apa-apa saya
menggunakan peci saya untuk alas kaki.
Lalu dia berjalan dengan alas peci
tersebut. Maka orang yang melihatnya
tentu akan mengatakan sebagai orang
gila, karena peci adalah untuk tutup
kepala bukan untuk alas kaki.
Demikian pula ketika seseorang ingin
menulis tidak menggunakan pena, namun
menggunakan sepatu misalnya, maka
jelas tidak akan dapat menulis
dengannya.

Demikian pula manusia, dia diciptakan
untuk beribadah dan melakukan
ketaatan kepada Allah subhanahu wata'ala.
Maka barang siapa yang
menggunakan hidupnya bukan untuk fungsi
itu dia akan celaka dan sengsara. Jika
anda memperhatikan kondisi suatu masyarakat
atau bangsa yang
kehidupannya bukan untuk beribadah kepada
Allah subhanahu wata'ala, maka akan anda
dapati mereka dalam keadaan rusak. Sehingga
tidaklah mengherankan jika
terlontar pertanyaan, "Mengapa tingkat
kasus bunuh diri di negara yang
menggunkan sistem kebebasan sangat tinggi?
Mengapa di Amerika terjadi
lebih dari dua puluh lima ribu kasus bunuh
diri setiap tahunnya?
Demikian pula kasus yang terjadi di
Inggris, Peracis, Swedia dan lain-lain?
Mengapa mereka bunuh diri? Apakah mereka
tidak mendapati khamer secara
bebas untuk diminum? Tidak, bahkan khamer
dan minuman sejenis amatlah
banyak di sembarang tempat. Apakah tidak
ada negeri-negeri tempat
melancong? Bahkan amat banyak negeri-negeri
yang luas tempat mereka
bersenang-senang. Lalu apakah mereka tidak
diberi kebebasan untuk ini dan itu,
apakah mereka dilarang berzina? Apakah tidak ada sarana hiburan,
tempat-tempat permainan dan sejenisnya?

Tidak sama sekali! Bahkan mereka melakukan
apa saja yang mereka
inginkan. Hidup dengan berbagai kesenangan
dunia dan kehidupan seksual bebas,
dan hal itu selalu ada di depan mata mereka.
Jika demikian, mengapa
mereka bunuh diri, mengapa mereka bosan hidup,
mengapa mereka memilih mati
dan meninggalkan khamer, zina dan segala
permainan hidup?

Jawabannya sangatlah sederhana,
yaitu sebagaimana difirmankan Allah
subhanahu wata'ala, artinya,
"Dan barangsiapa yang berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan
Kami akan menghimpunkannya pada
hari Kiamat dalam keadaan buta". (QS. 20:124)

Mereka selalu mendapatkan kesempitan
hidup saat kedatangan dan
kepergian mereka, dalam safar dan
mukimnya mereka, ketika makan dan minum,
tatkala berdiri dan duduk, selalu
menyertai dalam tidur dan bangunnya dan
dalam seluruh kehidupan mereka hingga mati.

Barangsiapa yang berpaling dari Allah
subhanahu wata'ala dan
peringatan-Nya, maka Allah akan memasukkan
rasa ketakutan dan kesedihan di dalam
hatinya. Dia berfirman, artinya,
"Akan Kami masukkan ke dalam hati
orang-orang kafir rasa takut,
disebabkan mereka menyekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak
menurunkan keterangan tentang itu.
Tempat kembali mereka ialah neraka;
dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal
orang-orang yang zalim".
(QS. 3:151)

Sedangkan orang yang mengenal Rabbnya,
selalu menghadap kepada-Nya
dengan sepenuh hati maka mereka mendapatkan
kebahagiaan. Allah subhanahu
wata'ala berfirman, artinya,
"Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih,
baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan Kami berikan balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka
kerjakan." (QS. 16:97)

Seorang Syaikh mengisahkan, "Aku pernah
pergi berobat ke Inggris, dan
aku masuk ke salah satu rumah sakit
ternama yang ada di sana. Pasien
yang masuk ke rumah sakit ini adalah
orang-orang besar, pejabat tinggi dan
para menteri. Ketika seorang dokter
masuk ke ruanganku dan melihat
penampilanku, dia berkata, "Anda
seorang muslim? Aku menjawab, "Ya!" Dia
lalu berkata, "Ada satu problem yang
membuatku bingung setelah aku
mengenal diriku, apakah mungkin anda
mendengarkan apa yang saya alami? Aku
jawab, "Tentu!

Dia lalu memulai ceritanya," Aku memiliki
harta yang melimpah,
pekerjaan yang sangat mapan, ijazah yang
tinggi, dan aku telah mencoba seluruh
kesenangan hidup, aku meminum berbagai
jenis minuman keras, melakukan
perzinaan dan seks bebas, pergi
melancong ke negara ini dan itu. Akan
tetapi mengapa aku selalu merasakan
kesempitan hidup dan bosan dengan
berbagai kesenangan itu? Aku telah
berkali-kali mendatangi psikolog dan
bahkan beberapa kali aku ingin mencoba
bunuh diri, barangkali dengan itu
aku mendapatkan kehidupan lain yang di
sana tidak ada lagi kejenuhan
dan kesempitan. Apakah anda tidak
merasakan kejenuhan dan kesempitan di
dalam hidup ini?" Aku katakan kepadanya,
"Tidak, bahkan aku terus
merasakan kebahagiaan, dan aku akan
tunjukkan kepada anda jalan keluar
dari
masalah yang sedang anda hadapi,
tetapi tolong jawab dulu pertanyaan
saya!

"Jika anda ingin memuaskan mata anda
maka apa yang anda lakukan? Dia
menjawab, "Aku melihat wanita cantik
dan pemandangan yang indah." Aku
bertanya lagi, "Jika anda ingin memuaskan
telinga anda maka apa yang anda
lakukan? Dia berkata, "Aku mendengarkan
musik yang merdu." Aku bertanya
lagi, "Jika yang ingin anda puaskan
adalah penciuman hidung maka apa
yang anda lakukan? Dia lalu menjawab,
"Aku mencium parfum atau pergi ke
taman (untuk mencium bunga)."

Aku lalu berkata kepadanya, "Baiklah.
sekarang saya bertanya, "Ketika
anda ingin memuaskan mata, mengapa anda
tidak mendengarkan musik saja?"
Maka dia pun terheran-heran dan berkata,
"Tidak mungkin, karena musik
adalah khusus untuk dinikmati telinga.
" Lalu aku bertanya lagi, "Dan
ketika anda ingin memuaskan penciuman
hidung mengapa anda tidak melihat
pemadangan yang indah?" Dia semakin
heran dengan pertanyaanku, lalu
berkata, "Tidak mungkin karena melihat
pemandangan adalah untuk memuaskan
mata."

Aku pun berkata, "Baik, kini aku telah
sampai kepada apa yang aku
inginkan dari diri anda. "Apakah anda
merasakan jenuh di mata anda? Dia
menjawab, "Tidak! Lalu apakah anda
merasakannya di telinga anda, di hidung,
mulut dan kemaluan anda? Dia menjawab,
"Tidak, tetapi aku merasakan itu
di dalam hatiku, di dalam dadaku.
" Aku berkata, "Anda merasakan
kesempitan itu di dalam hati anda,
padahal hati juga membutuhkan kepuasan
tersendiri yang tidak akan mungkin
dipenuhi dengan cara memuaskan anggota
badan selainnya. Maka anda harus
mengetahui apa saja yang dapat
memberikan kepuasan hati (batin).
Karena dengan mendengarkan musik,
meminum
khamer, memandang dan berzina yang
anda lakukan itu tidak akan mungkin
dapat memuaskan hati anda."

Orang tersebut keheranan lalu
berkata, "Anda benar, lalu bagaimanakah
cara untuk memuaskan hatiku?
" Aku katakan, "Dengan bersaksi
bahwa tidak
ada sesembahan yang hak selain
Allah dan bahwa Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam adalah utusan
Allah, dan anda bersujud di hadapan Allah
yang menciptakan, anda mengadukan
segenap kesedihan hanya kepada Allah
subhanahu wata'ala. Dan dengan
itu anda akan merasakan kehidupan yang
lapang, penuh ketenangan dan
kebahagiaan." Dia lalu
mengangguk-anggukkan
kepalanya seraya berkata,
"Berikan kepadaku buku
tentang Islam dan
berdoalah untukku, aku
akan masuk Islam," tambahnya.

Maka aku pun menyelesaikan
pengobatanku di sana, lalu
setelah itu
pulang kembali ke negeriku.
Dan aku berharap orang itu
benar-benar masuk
Islam setelah itu. Benarlah
firman Allah subhanahu wata'ala,
artinya,
"Hai manusia, sesungguhnya telah
datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit
(yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman. Katakanlah, "Dengan
karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah
dengan itu mereka bergembira.
Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih
baik dari apa yang mereka
kumpulkan". (QS. Yunus :57-58)

Sumber: "Hal tabhatsu 'an wadzifah," hal 31-35,
Dr. Muhammad bin Abdur
Rahman al-'Arifi [Ibn Djawari]

alsofwah.or.id

|+ Ku merindui mu ...

Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya.
Mereka berkumpul mengelilingi beliau. Rasul bertanya :
"Wahai para sahabat. Hari ini, aku tawarkan kepada kalian.
Barang siapa di antara kalian pernah aku sakiti.
Maka sekaranglah saatnya kalian mengqishash diriku".
Para sahabat hening, tak ada satupun yang mampu bersuara...

Rasul mengulangi lagi perkataannya
"Wahai sahabat, kalau kalian pernah merasa aku
sakiti silakan saatnya kalian membalasnya"
Para sahabat makin tertunduk... Menangislah mereka.
Mereka merasa sebentar lagi masa-masa indah
bersama Rasul tercinta akan berakhir.
Untuk ketiga kalinya Rasulullah berkata
"Silakan siapa yang mau mengqishash diriku......
Tiba-tiba munculah Ukasah ra.
"Saya ya Rasul...saya akan mengqishash anda ya Rasulullah.. .
" Umar langsung mencabut pedanganya sambil berkata
" Apa yang akan kamu lakukan wahai Ukasah...pedang
Umar yang akan menebas kepalamu kalau engkau
berani menyakiti Rasulullah."
Baginda yang agung tersenyum. "Biarkan Ukasah ya Umar..."

Abu Bakarpun maju sambil berkata
"Wahai Ukasah Abu Bakar dan keluarganya
yang akan menebusnya ya Ukasah" Rasulpun melarang
Abu Bakar membelanya.
Kemudian Ukasah berkata : "Pada saat
aku mengiringi Engkau berperang, cambukmu
pernah mengenai punggungku ya Rasulullah.. .
Untuk itu kali ini aku ingin mencambukmu ya Rasul....

Para sahabat terdiam menahan amarah...
akan tetapi rasul dengan tersenyum mempersilakan
Ukasah mengambil cambuknya
Tidak cukup sampai disitu...Ukasah berkata:
"Ya Rasulullah pada waktu cambukmu mengenai
kulit punggungku,pada sat itu langsung mengenai
kulit punggungku, karena tidak tertutup kain
punggungku pada waktu itu. Untuk itu, aku ingin
punggungmu di buka ya Rasulullah.
Para sahabat makin geram dengan permintaan
Ukasah. Rasul dengan tetap tersenyum sambil
membuka kain yang dikenakannya.
Pada saat punggung baginda tercinta terbuka.

Maka seketika itu juga Ukasah menubruk
punggung Rasulullah, kemudian memeluk
dan mencium punggung yang kemilau itu.
Sambil menangis sesenggukan Ukasah berkata
"Wahai Rasul Alloh...maafkan aku...aku hanya
ingin memeluk dan mencium tuibuhmu untuk
yang terakhir kalinya...dan aku ingin tetap
bersama-sama engkau ya rasul sampai di akhirat kelak.

Dan Rasulpun berkata "Do'amu insya
Alloh di kabulkan Allah wahai Ukasah"
Dalam kisah yang lain, malaikat Izrailpun
kemudian datang mengucap salam...serta
menyampaikan salam dari Alloah SWT, bahwa
Alloh rindu bertemu dengan Rasulullah.
Malaikatpun minta izin untuk mencabut ruh mulia beliau...
Jibrilpun memalingkan muka...tidak tega menyaksikannya. ...

"Ya Ayyatuhan nafsul Muthmainnah.
Irji'i ila robbiki raa dhiyatam mardhiyyah,
Fadkhuli fi 'ibadi.Wadkhuli jannati...."
Ya Rasulullah, ya habiballoh.. .
Tak pernah ku lihat wajah mu...
Ya Rasulullah, ya habiballoh.. .
kami rindu padamu......

( teh sumiati )
TPA Istiqamah Comminty of STTTelkom

|+ Tatkala Pilihan Itu Tiba

Memilih

Oleh : Fahmi Amhar Manusia hidup selalu dihadapkan pada
berbagai pilihan. Ketika muda kita diharuskan memilih
sekolah, setelah selesai kita wajib memilih pekerjaan,
lalu memilih tempat tinggal, memilih pasangan hidup,
bahkan juga memilih partai politik untuk menyalurkan
aspirasi kita.
Kadang kita bingung, apa pegangan atau parameter kita
dalam memilih ini.

Rasulullah mengajarkan doa yang bisa ditarik hikmah yang
dalam. Doa itu sering dibaca orang seusai sholat.
Bunyinya, "Allahumma inni as'aluka salamatan fid dien, wa
'afiyatan fi jasadi, wa ziyadatan fi 'ilmi, wabarakatan fi
rizqi, wa taubatan qablal maut . ". Doa ini bisa kita
jadikan tips memilih ala Rasulullah.

Yang pertama, Salamatan fid din, pilihan itu harus
menyelamatkan agama kita. Kita masih bisa mengkaji Islam,
masih bisa ibadah, masih bisa menutup aurat, masih bisa
menjauhi yang haram dan menjalankan yang wajib, termasuk
untuk berdakwah. Rugi kita memilih sekolah yang
keren, tapi nanti merusak aqidah kita. Demikian juga dalam
memilih tempat kerja, rumah atau jodoh.

Kedua, Afiyat fi jasadi, pilihan itu harus mampu menjaga
kesehatan kita; tidak mengikis tubuh kita sedikit demi
sedikit tanpa makna.Apa artinya penghasilan tinggi, tapi
badan hancur, sampai nggak bisa ibadah lagi, sehingga
kebahagiaan tidak berkelanjutan

Ketiga Ziyadatan fi ilmi, pilihan itu meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman kita. Kita bergaul atau bekerja
tidak untuk makin bodoh.Jadi pilih lingkungan kerja atau
pergaulan yang meluaskan wawasan maupun ilmu kita, sebagai
bekal amal saleh kita. Karena tiada amal kecuali dengan
ilmunya.

Keempat, Barakatan fi rizqi, pilihan itu membawa berkah
dalam rizki kita. Rizki kita itu tidak cuma yang berujud
materi, tapi juga yang non materi, seperti udara yang
segar, suasana aman dan tenang, istri yang shalihah dst.
Apa artinya pilihan dengan penghasilan besar dan fasilitas
mewah, bila lalu jarang ketemu anak istri, sampai akhirnya
rumah tangga seperti neraka .

Kelima, Taubatan qabla maut, pilihan itu masih memberi
ruang kepada kita untuk memperbaiki diri, taubat, atau
bahkan bila perlu menarik diri (mundur) secara baik-baik,
bila ternyata ada sesuatu yang haram atau membahayakan di
dalamnya. Ada bidang 'profesi' yang praktis tidak memberi
peluang exit seperti ini, misalnya jadi dealer narkoba.

Nah semua ini, dilandasi dengan pengenalan syariat yang
shahih, serta niat yang ihlas, insya Allah akan menjadikan
kita meraih kebaikan dalam pilihan-pilihan kita. Karena
semua ukuran baik-buruk, berkah-tidak, tentu saja tidak
oleh ukuran manusia yang picik ini, tapi oleh
ukuran-ukuran yang ditetapkan Allah dalam hukum
syariatnya.

Allah berfirman: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahu, sedang kamu tidak mengetahui." (Qs. 2:216).

|+ Ketika aku Mengenal Diriku

penyejuk hati
Ya Allah, Kenalkan Aku dengan Diriku

PKPU Online - Di antara ciri-ciri kebahagiaan dan
kemenangan seorang hamba adalah: Bila ilmu pengetahuannya
bertambah, bertambah pula kerendahan hati dan kasih sayangnya.
Setiap bertambah amal-amal shalih yang dilakukannya,
bertambah pula rasa takut dan kehati-hatiannya dalam
menjalankan perintah Allah. Semakin bertambah usianya,
semakin berkuranglah ambisi-ambisi keduniaannya.
Ketika bertambah hartanya, bertambahpula
kedermawanan dan pemberiannya pada sesama.
Jika bertambah tinggi kemampuan dna kedudukannya,
bertambahlah kedekatannya pada manusia
dan semakin rendah hati pada mereka.

Sebaliknya, ciri-ciri kecelakaan seseorang adalah:
Jika bertambah ilmu pengetahuannya, bertambah
kesombongannya. Setiap bertambah amalnya, bertambah
kebanggaannya pada diri sendiri dan penghinaannya
pada orang lain. Bila semakin bertambah kemampuan
dan kedudukannya semakin bertambah pula
kesombongannya. (Ibnul Qayyim, Al Fawaid)

Saudaraku,
Suasana apa yang terekam dalam jiwa kita saat
membaca kalimat-kalimat di atas? Bilakah kita berada
dalam daftar orang-orang yang berbahagia dan menang?
Atau, celaka? Smoga Allah swt membimbing hati dan
langkah kita untuk tetap memiliki karakter orang-orang
yang berbahagia dan menang. Semoga Allah menjauhkan
hati dan langkah kita dari karakter orang-orang yang
terpedaya oleh ilmu, amal dan kemampuannya. Amiin.

Saudaraku,
Di antara manfaat lain yang bisa kita petik
dari petuah Ibnul Qayyim itu adalah, kedalaman
ilmunya tentang lintasan dan perasaan-perasaan jiwa.
Ibnul Qayyim yang banyak berguru pada Imam Ibnu Taimiyyah itu,
berhasil mengenali karakter jiwa kemanusiaannya,
sampai ia pun kemudian banyak mengeluarkan
nasihat-nasihat yangmaknanya sangat dalam dan menyentuh tentang jiwa.


Saudaraku,
Mengenali diri memang penting. "Man arafa nafsahu, arofa Rabbahu,"
orang yang mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya.
Begitu kata Ali radhiallahu anhu. Rasulullah saw juda
mengajakrkan kita untuk lebih banyak bercermin dan
mengevaluasi diri sendiri, ketimbang bercermin dan
mengevaluasi orang lain. Orangyang sibuk oleh aib
dan kekurangannya, kata Rasulullah lebih beruntung,
ketimbang orang yang sibuk dengan kekurangan orang lain.

Dan memang, manfaat menjalani nasihat Rasulullah
ini adalah seperti dikatakan oleh Ibnul Qayyim,
"Barangsiapa yang mengnal dirinya, ia akan sibuk
untuk memperbaiki diri daripada sibuk
mencari-cari aib dan kesalahan orang lain."

Saudaraku,
genggam erat-erat tali keimanan kita, Kenalilah diri.
Pahami kebiasaannya. Rasakan setiap

getarannya. Lalu berhati-hati dan kontrollah kemauan
dan kecenderungannya. Waspadai kekurangannya
dan manfaatkan kelebihannya. Berdoalah pada
Allah agar Ia menyingkapkan ilmu-Nya tentang diri kita.
Sebagaimana senandung do'a yang dilantunkan
Yusuf bin Asbath, murid Sofyan Ats Tsauri,
"Allahumma arrifnii nafsii." Ya Allah kenalkanlah aku
dengan diriku sendiri. [Muhammad Nursani]

|+ Pandanglah kebawah

BERSYUKURLAH ......
Bersyukurlah karena engkau
tidak memiliki semua yang diinginkan
Jika engkau miliki semuanya,
apalagi yang hendak di cari?
Bersyukurlah saat engkau
tidak mengetahui sesuatu,
karena hal itu memberimu
kesempatan untuk belajar
Bersyukurlah atas masa-masa sulit yang engkau hadapi,
Karena disana ada kesempatan mengembangkan diri
Bersyukurlah atas keterbatasan yang engkau miliki

Karena hal itu memberimu kesempatan untuk memperbaiki diri.
Bersyukurlah atas setiap tantangan baru,
karena hal itu akan membangun kekuatan dan karaktermu.
Bersyukurlah atas kesalahan yang kini kau sadari telah terbuat,
Karena hal itu memberimu pelajaran yang sangat berharga.
Bersyukurlah karena engkau telah lelah dan bosan
Karena berarti engkau telah berbuat sesuatu yang berarti.
Mudah, mensyukuri hal-hal yang baik....
Namun kehidupan yang bermakna,
Dinikmati mereka yang juga bersyukur atas kesulitan
Rasa syukur bisa mengubah hal negatif menjadi positif
Berusahalah mensyukuri kesulitan yang engkau hadapi
Sehingga kesulitan itu menjadi berkah bagimu...
diambil dari buku tafakur gado-gado simpang.
Makasih buanyaaak buat tee_ka86.


( teh sumiati at yahoo )
TPA Istiqamah Community of STTTelkom Bandung

May 12, 2007

|+ Semangkuk Mie

Pada malam itu, Ana bertengkar
dengan ibunya. Karena sangat marah,
Ana segera meninggalkan rumah
tanpa membawa apapun.


Saat berjalan di suatu jalan, ia baru
menyadari bahwa ia sama sekali
tdk membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia
melewati sebuah kedai bakmi dan ia
mencium harumnya aroma masakan.
Ia ingin sekali memesan semangkuk
bakmi, tetapi ia tdk mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri
cukup lama di depan kedainya, lalu
berkata "Nona, apakah engkau ingin
memesan semangkuk bakmi?"
"Ya, tetapi, aku tdk membawa uang"
jawab Ana dengan malu-malu


"Tidak apa-apa, aku akan
mentraktirmu" jawab si pemilik kedai.
"Silahkan duduk, aku akan memasakkan
bakmi untukmu".

Tidak lama kemudian, pemilik kedai
itu mengantarkan semangkuk bakmi.
Ana segera makan beberapa suap,
kemudian air matanya mulai
berlinang. "Ada apa nona?" Tanya
si pemilik kedai.
"tidak apa-apa" aku hanya terharu
jawab Ana sambil mengeringkan air
matanya.


Bahkan, seorang yang baru kukenal pun
memberi aku semangkuk bakmi !,
tetapi, ibuku sendiri, setelah bertengkar
denganku, mengusirku dari
rumah dan mengatakan kepadaku
agar jangan kembali lagi ke rumah"
"Kau, seorang yang baru kukenal,
tetapi begitu peduli denganku
dibandingkan dengan ibu kandungku
sendiri" katanya kepada pemilik
kedai


Pemilik kedai itu setelah mendengar
perkataan Ana, menarik nafas
panjang dan berkata
"Nona mengapa kau berpikir seperti
itu? Renungkanlah hal ini, aku
hanya memberimu semangkuk bakmi
dan kau begitu terharu. Ibumu telah
memasak bakmi dan nasi utukmu saat
kau kecil sampai saat ini,
mengapa kau tidak berterima kasih
kepadanya? Dan kau malah
bertengkar dengannya"


Ana, terhenyak mendengar hal tsb.
"Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb?
Utk semangkuk bakmi dr org yg
baru kukenal, aku begitu berterima kasih,
tetapi kepada ibuku yg
memasak untukku selama bertahun-tahun,
aku bahkan tidak
memperlihatkan kepedulianku kepadanya.
Dan hanya karena persoalan
sepele, aku bertengkar dengannya.


Ana, segera menghabiskan bakminya,
lalu ia mnguatkan dirinya untuk
segera pulang ke rumahnya.
Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan
kata-kata yg hrs diucapkan kpd ibunya.
Begitu sampai di ambang pintu
rumah, ia melihat ibunya dengan
wajah letih dan cemas. Ketika
bertemu dengan Ana, kalimat
pertama yang keluar dari mulutnya
adalah "Ana kau sudah pulang,
cepat masuklah, aku telah menyiapkan
makan malam dan makanlah
dahulu sebelum kau tidur, makanan akan
menjadi dingin jika kau tdk
memakannya sekarang"


Pada saat itu Ana tdk dapat
menahan tangisnya dan ia menangis
dihadapan ibunya.

Temans... Sekali waktu, kita mungkin
akan sangat berterima kasih kpd
org lain disekitar kita untuk suatu
pertolongan kecil yang diberikan
kepada kita. Tetapi kpd org yang
sangat dekat dengan kita (keluarga)
khususnya orang tua kita, kita
harus ingat bahwa kita berterima
kasih kepada mereka seumur hidup kita.

RENUNGAN:
BAGAIMANAPUN KITA TIDAK BOLEH
MELUPAKAN JASA ORANG TUA KITA.
SERINGKALI KITA MENGANGGAP
PENGORBANAN MEREKA MERUPAKAN
SUATU PROSES
ALAMI YANG BIASA SAJA. TETAPI KASIH
DAN KEPEDULIAN ORANG TUA KITA
ADALAH HADIAH PALING BERHARGA YANG
DIBERIKAN KEPADA KITA SEJAK KITA
LAHIR. PIKIRKANLAH HAL ITU....
APAKAH KITA MAU MENGHARGAI
PENGORBANAN TANPA SYARAT DARI ORANG TUA
KITA?


HAI ANAK-ANAK, TAATILAH ORANG
TUAMU DALAM SEGALA HAL, KARENA ITULAH
YANG INDAH DIDALAM TUHAN.

by
Rifky Ramadhana
TPA Istiqamah Community of STTTelkom

|+ Aksi dan Reaksi

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Sesungguh nya Allah
menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang".
(HR. al-Bukhari). Tidak ada

balasan kebaikan kecuali kebaikan
(
pula), barangsiapa menyayangi

makhluq Allah maka Allah akan menyayanginya.
Sebagai mana yang disabdakan

oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
"Orang-orang yang penyayang,

maka Allah akan menyayangi mereka.
Sayangilah penduduk bumi maka

penduduk langit akan menyayangi kalian". (HR. At-Tirmidzi).

Balasan itu sesuai dengan
jenis amal perbuatan yang dilakukan. Allah
subhanahu wata'ala akan
memperlakukan hamba-Nya
sebagaimana perlakuan
hamba tersebut terhadap
hamba-hamba Allah. Allah
subhanahu wata'ala
berfirman yang artinya,
"Jikalau kalian memaafkan dan tidak
memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang". (QS. At-Taghabun:14).
Dan juga firman Allah subhanahu
wata'ala
dalam surat An-Nur ayat 22 yang
artinya, "Dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah
mengampunimu?".

Bersegeralah untuk meringankan
kesulitan-kesulitan orang lain agar
Allah meringankan kesulitan dari
dirimu. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda, "Barangsiapa
menghilangkan satu kesulitan dari
seorang
muslim maka Allah akan membalasnya
dengan menghilangkan satu kesulitan
dari kesulitan-keslitan yang ada
pada hari Kiamat". (HR. al-Bukhari).

Bantulah manusia memenuhi
kebutuhan hidupnya, maka dengan cara itu
engkau akan mendapatkan pertolongan dari
Allah. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, "Allah
selalu menolong hamba-Nya selama hamba
itu menolong saudaranya". Juga
sabda beliau, "Barangsiapa berada di dalam
kebutuhan saudaranya maka Allah
berada di dalam kebutuhannya". (HR.
Imam Muslim).

Jadilah engkau seorang hamba
Allah yang menghilangkan kesukaran
orang-orang yang tertimpa kesulitan
niscaya Allah akan memberi kemudahan
kepada kamu. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa
yang memudahkan orang yang kesulitan
maka Allah akan memudahkannya di
dunia dan akhirat". (HR. Muslim).

Bersikap lemahlembutlah terhadap
hamba-hamba Allah, semoga engkau
termasuk golongan yang tersirat
dalam do'a yang dipanjatkan Nabi
Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam,
"Ya
Allah, barangsiapa bersikap lembut
terhadap umatku, maka perlakukanlah
ia dengan lembut dan barangsiapa yang
membuat kesukaran kepada mereka maka
ciptakanlah kesukaran baginya".
(HR. Ahmad).
Dan Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam juga bersabda,
"Sesungguhnya Allah Maha lemah lembut
dan mencintai kelembutan. Dia
memberikan pada kelemah lembutan apa
yang tidak Dia berikan pada kekerasan".
(HR. Muslim). Dan juga sabda beliau,
"Barangsiapa terhalang untuk
mendapat sifat lemah lembut maka ia 
terhalang dari semua kebaikan". (HR.
Muslim).

Tutupilah aib hamba-hamba Allah, maka Allah
subhanahu wata'ala akan
menutupi aibmu. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa menutupi aib seorang muslim
maka Allah akan menutupi aibnya di
dunia dan akhirat". (HR. Muslim). Dan
sabda beliau, "Barangsiapa menutupi
aib seorang muslim maka Allah akan
menutupi aibnya pada hari Kiamat".
(HR. Ibnu Majah).

Berilah makan kaum muslimin niscaya
Allah subhanahu wata'ala akan
memberi makanan kepadamu. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Mukmin manapun yang memberi makan seorang
mukmin ketika lapar maka
Allah akan memberikannya makanan dari
buah-buahan Surga." (HR. Imam
At-Tirmidzi).

Berilah minum kaum muslimin maka Allah
subhanahu wata'ala akan
memberikan minuman kepadamu. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam telah
besabda, "Mukmin manapun yang memberi
minum seorang mukmin yang sedang
kehausan maka Allah akan memberinya
minum pada hari Kiamat dari Ar-Rohiq
Al-Makhtum". (HR. At-Tirmidzi)

Berilah kaum muslimin pakaian niscaya
Allah akan memberi pakaian
kepadamu. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, "Mukmin mana pun yang
memberi pakaian kepada seseorang
yang telanjang maka Allah akan
memberinya
pakaian sutra halus berwarna
hijau dari Surga". (HR. at-Tirmidzi).

Sebagaimana perlakuanmu terhadap
hamba-hamba Allah, maka seperti itu
pula perlakuan Allah terhadapmu.
Oleh karena itu, janganlah sekali-kali
engkau menyiksa manusia karena
sesungguhnya Allah akan menyiksamu.
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah
menyiksa orang-orang yang menyiksa
manusia di dunia". (HR. Imam Muslim).
Allah subhanahu wata'ala juga telah
berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat
49 yang artinya, "Dan (ingatlah)
ketika Kami selamatkan kamu dari
(Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya;
mereka menimpakan kepadamu siksaan
yang
seberat-beratnya". Dalam ayat lain Allah
subhanahu wata'ala berfirman
yang artinya, "Dan pada hari terjadinya
kiamat, (dikatakan kepada
malaikat), "Masukkanlah Fir'aun dan
kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras".
(QS. Al-Mukmin: 46).

Hindarilah dirimu dari mempersulit
hamba-hamba Allah karena hal itu
dapat membuatmu tertimpa do'a yang
diucapkan Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam, "Ya Allah, barangsiapa
yang mengurusi urusan umatku lalu
membuat susah mereka, maka buatlah
kesusahan baginya". (HR. Muslim).

Janganlah engkau menyakiti hati kaum
muslimin dengan mencari-cari aib
mereka karena Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah bersabda,
"Barangsiapa mencari-cari aib seorang muslim,
maka Allah akan
mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa
yang Allah menelusuri (mencari-cari) aibnya
maka Allah akan membongkarnya meskipun
berada di dalam rumahnya". (HR.
At-Tirmidzi).

Janganlah engkau cabut rasa kasih
sayangmu kepada manusia karena Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah
bersabda, "Barang siapa yang
tidak menyayangi manusia, maka Allah Azza
wa Jalla tidak
menyayanginya". (HR. Muslim).

Ingatlah baik-baik wahai hamba-hamba
Allah! Di mana engkau
memperlakukan hamba-hamba Allah dengan
sebuah perbuatan, maka engkau akan
mendapatkan balasan yang sesuai dengan
apa yang telah engkau kerjakan di sisi
Sang Pencipta. Imam Ibnul Qoyyim berkata,
"Sesungguhnya Allah Maha Mulia
dan Ia mencintai kemuliaan dari hamba-Nya.
Allah Maha Mengetahui
(berilmu), dan mencintai para ulama.
Allah Maha berkuasa, mencintai para
pemberani. Allah Maha Indah, mencintai
keindahan. Allah Maha Penyayang,
menyayangi orang-orang yang penyayang.
Sesungguhnya Allah menyayangi
hamba-hamba-Nya yang penyayang. Allah
Maha Menutupi (aib), mencintai
orang-orang yang menutupi aib hamba-hamba-Nya.
Allah Maha Pemaaf, mencintai
hamba-Nya yang senang memberi maaf. Allah Maha
Pengampun, mencintai
hamba-Nya yang mengampuni kesalahan orang
lain. Allah Maha Lembut, mencintai
kelembutan dari hamba-hamba-Nya dan
membenci kekerasan. Allah Maha
Santun, mencintai sopan santun. Allah
Maha Baik, mencintai kebaikan dan
pelakunya. Allah Maha Adil, mencintai
keadilan. Allah Maha Menerima udzur
(alasan yang dibenarkan), mencintai
orang yang menerima udzur
hamba-hamba-Nya.

Allah subhanahu wata'ala akan memberi
balasan kepada hamba-Nya sesuai
dengan sifat-sifat ini. Maka
barangsiapa memaafkan maka Allah akan
memaafkannya. Barangsiapa siapa yang
mengampuni kesalahan manusia maka Allah
akan mengampuninya. Barang siapa
bersikap dermawan kepada orang lain
maka Allah subhanahu wata'ala akan
bersikap dermawan kepada nya.
Barangsiapa memusuhi hamba-hamba
Allah maka Allah akan memusuhinya.

Barangsiapa bersikap lemah lembut
kepada hamba-hamba Allah maka Allah
akan bersikap lemah lembut kepadanya.
Barangsiapa menyayangi makhluk
Allah maka Allah akan menyayanginya.
Barangsiapa berbuat baik kepada
manusia maka Allah akan berbuat baik
kepada-Nya. Barangsiapa memberi manfaat
kepada manusia maka Allah akan memberikan
manfaat kepadanya.
Barangsiapa menutupi aib saudaranya maka
Allah subhanahu wata'ala maka menutupi
kekurangan atau kesalahannya. Barangsiapa
berusaha untuk tidak marah
kepada manusia maka Allah tidak akan marah
kepadanya.

Barangsiapa mencari-cari aib manusia maka
Allah akan menelusuri
aib-aibnya. Barangsiapa membuka kejelekan
hamba-hamba Allah maka Allah akan
membuka dan membeberkan kejelekannya.
Barangsiapa enggan berbuat baik
kepada manusia maka Allah tidak akan
berbuat baik kepadanya. Barangsiapa
membuat sulit seseorang maka Allah
akan memberinya kesukaran (masalah).
Barangsiapa berbuat makar, maka Allah
akan membalas makar kepadanya.
Barangsiapa menipu Allah maka Allah
akan memberikan balasan kepadanya
dengan tipuan pula.

Dan barangsiapa memperlakukan
seseorang dengan sebuah sifat maka Allah
akan memperlakukannya dengan sifat
itu sendiri di dunia dan akhirat.
Allah akan memperlakukan hamba-Nya
sesuai dengan perlakuan hamba terhadap
makhluk-Nya.

Maka tamaklah engkau -semoga Allah
memberi taufik kepadamu- untuk
senantiasa memberi manfaat kepada
hamba-hamba Allah, untuk merealisasikan
sebuah sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, "Barangsiapa
diantara kalian mampu memberi mafaat
terhadap saudaranya maka lakukanlah".
(HR. Muslim). Berbuat baiklah kepada
mereka sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berbuat kebaikan.

Jadilah engkau seorang yang lembut
yang senang memudahkan urusan
mereka. Karena Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah bersabda,
"Neraka itu haram menyentuh setiap
orang yang lunak, lembut, mudah (dalam
bermuamalah) dan dekat
(dengan manusia)". (HR. Imam Ahmad).

Maafkanlah mereka, janganlah
mudah marah, toleransilah
terhadap mereka
dan senantiasalah menjadi
seorang pengampun. Semoga
Allahsubhanahu
wata'ala mengampuni segala
dosa dan kesalahanmu.
Sesungguhnya Allah tidak
menyia-nyiakan pahala seseorang
yang memperbagus amal perbuatannya.
(Zainal Abidin)

Disarikan dari: "Kama Takuunu
Li 'Ibadillahi Yakunullahu Lak" karya
Abdul Qayyum As-Suhaibany"

|+ Tak Bosan dengan iIdayah

Ihdinashshiraatal mustaqim, "Ya Allah
tunjukkanlah kami jalan yang
lurus", demikian kita -kaum muslimin-
mengucapkan doa ini, paling tidak 17
kali dalam sehari. Ada apakah di balik
permohonan ini? bukankah jalan
yang lurus sudah jelas bagi kita, yakni
agama Islam, dan kita semua
alhamdulillah sudah menjadi seorang muslim?
Do،¦a tersebut ternyata
mengandung makna yang sangat mendalam, dan
hampir mirip dengan doa qunut
yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam. Seringkali
kita mendengar lafazh do'a qunut (misalnya
qunut Ramadhan atau qunut
nazilah, red) yang biasa dibaca oleh imam-imam
kita di dalam shalatnya.
Di antara permohonan dalam donya tersebut
adalah, "Allahummahdinaa
fiiman hadait" artinya, "Ya Allah berilah
kami petunjuk sebagaimana orang
yang telah Engkau beri petunjuk."

Berikut penjelasan asy-Syaikh Muhammad
bin Shalih al-Utsaimin
rahimahullah berkenaan dengan doanya
tersebut, semoga bermanfaat.

Kalimat "Berilah kami petunjuk" yang
terlampir pada cuplikan do'a di
atas mengandung makna yang sangat luas.
Donya tersebut bukan hanya
permohonan petunjuk saja, tetapi juga
permohonan agar mampu untuk
melaksanakan petunjuk tersebut. Makna
do'a itu adalah sebagai berikut,
"Tunjukkanlah kami ya Allah kepada
kebenaran dan mudahkanlah bagi kami untuk
menjalankan kebenaran itu." Petunjuk yang
sempurna lagi bermanfaat adalah
petunjuk yang Allah subhanahu wata'ala
memadukan di dalamnya antara
ilmu dan amal.

Suatu petunjuk yang tidak diiringi
dengan amal/perbuatan, maka akan
sia-sia, bahkan menyesatkan.
Karena setiap orang yang tidak mengamalkan
ilmu yang telah ia miliki, maka
ilmunya itu justru akan berbalik menjadi
bencana bagi dirinya sendiri.

Sebagai misal tentang petunjuk
berupa ilmu pengetahuan yang tidak
dibarengi dengan amal perbuatan adalah
seperti yang difirmankan Allah
subhanahu wata،¦ala, yang artinya,
"Dan adapun kaum Tsamud maka
mereka telah Kami beri petunjuk tetapi
mereka lebih menyukai buta
(kesesatan) daripada petunjuk itu". (QS.
Fushilat:17)

Dari ayat tersebut di atas
"Mereka telah Kami beri petunjuk"
mengandung
maksud bahwa Allah subhanahu wata'ala
telah memberi penerangan bagi
mereka akan suatu jalan dan telah Ia
karuniakan bagi mereka itu ilmu
pengetahuan, akan tetapi mereka berbuat
yang sebaliknya yaitu seperti
yang termuat pada kalimat berikutnya,
yang artinya, "Tetapi mereka lebih
menyukai buta (kesesatan) daripada
petunjuk itu".

Adapun petunjuk yang berupa ilmu
dan penerangan guna menggapai
kebenaran adalah seperti yang telah
dicontohkan di dalam firman Allah subhanahu
wata،¦ala yang ditujukan kepada
Nabi-Nya shallallahu 'alaihi
wasallam, artinya, "Dan sesungguhnya
kamu benar-benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus". (QS. Asy-Syuuraa: 52)

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar
memberi petunjuk" pada rentetan kata
ayat di atas memiliki penjabaran
makna sebagai berikut, "Kamu (wahai
Muhammad) memberi petunjuk, penerangan,
dan pengajaran kepada manusia
menuju jalan yang lurus.

Sedangkan contoh dari petunjuk
yang bermakna taufiq adalah yang biasa
diucapkan oleh orang-orang yang
sedang melaksanakan shalat, artinya,
"Tunjukilah kami jalan yang
lurus". (QS. Al-Fatihah:6)

Maka di saat anda mengucapkan,
"Tunjukilah kami jalan yang lurus", maka
apakah anda memohon kepada Allah
subhanahu wata،¦ala suatu karunia
ilmu tanpa amal ? Ataukah mungkin
sebaliknya suatu amalan tanpa
didasari
oleh ilmu ? Atau mungkin yang
ketiga ini yaitu karunia ilmu
berserta
amal ? Pendek kata hendaklah
bagi setiap insan jika ia
memohon kepada
Allah subhanahu wata،¦ala,
"Tunjukilah kami jalan yang lurus", agar ia
menghadirkan jiwanya bahwa ia sedang
meminta kepada Allah subhanahu
wata،¦alaƒnkarunia ilmu dan
amal/perbuatan, maka ilmu itulah
yang
bertindak sebagai petunjuk, sedang
amal/perbuatan itulah yang dimaksudkan
sebagai taufiq.

Hal inilah -menurut sepengatahuan
saya, dan keilmuan tentang itu adalah
berada di sisi Allah subhanahu wata'ala-
yang masih jauh dari
jangkauan kebanyakan kaum muslimin di
kala mereka mengucapkan,
"Ihdinashshiraatal mustaqim (Ya Allah
Tunjukilah kami jalan yang lurus)".

Sehingga di sini dapat dikatakan bahwa
firman-Nya yang berbunyi,
artinya, "Dan sesungguhnya kamu
benar-benar memberi petunjuk kepada jalan
yang lurus" yang ditujukan kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam ini merupakan petunjuk berupa
penerangan dan penjelasan saja, adapun
firman-Nya yang artinya, "Sesungguh nya
kamu tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang yang kamu kasihi." (QS. Al-Qashash: 56), maka arti
dari petunjuk pada ayat ini adalah
petunjuk taufiq berupa amal
perbuatan.

Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam tidak bisa memberi
petunjuk taufiq kepada seseorang
guna melakukan amal shalih selamanya. Jika
memang Beliau mampu, niscaya Beliau
akan dapat memberi petunjuk kepada
paman beliau Abu Thalib, yang mana
Beliau telah mengusahakannya sampai
Beliau bersabda kepada pamannya itu
di saat-saat menjelang kematiannya,
"Wahai paman, katakan Laa Ilaaha
Illallah suatu kalimat yang aku akan
berhujjah bagimu dengan kalimat
itu di sisi Allah.،¨

Namun apa boleh buat apabila
telah mendahuluinya suatu kalimat atau
ketetapan dari Allah subhanahu wata'ala,
bahwa ia merupakan penghuni
neraka -kami berlindung kepada Allah
dari adzab api neraka- maka ia pun
tidak mengucapkan untaian kalimat
syahadatain bahkan pernyataan akhirnya
mengindikasikan bahwa ia masih
memeluk agama Abdul Muthalib (bapaknya).

Meskipun begitu yang terjadi, tapi
Allah subhanahu wata'ala
mengizinkan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam untuk memberikan syafaat
bagi pamannya itu bukan lantaran ia
adalah masih pamannya sendiri,
namun tiada lain karena ia telah
bertindak melindungi Nabi shallallahu
'alaihi wasallam dan Agama Islam, maka
beliau pun telah memberi
syafaat di dalam adzab. Adapun ia
(Abu Thalib) berada di dalam bara api
neraka dan ia di atas dua alas kaki,
sedang otaknya mendidih karena panas
keduanya, dan sesungguhnya dia ahli
neraka yang mendapatkan
seringan-ringan adzab. Rasulullah
shallallahu ،¥alaihi wasallam
bersabda,
"Kalaupun bukan karena aku (syafa'at
beliau, red), maka niscaya ia berada di
dalam kerak api neraka". (HR. al-Bukhari
dalam Kitab Manaqibul Anshar,
bab qishshatu Abi Thalib, Fath al-Baari 7/193.
Dan Muslim dalam Kitabul
Iman)

Saya berpendapat, bahwa apabila kita
ucapkan di dalam do'a qunut, "Ya
Allah berilah kami petunjuk sebagaimana
orang yang telah Engkau beri
petunjuk." Maka pada hakikatnya kita
meminta dua macam petunjuk yaitu
petunjuk berupa ilmu dan petunjuk berupa amal/perbuatan.

Adapun ungkapan, "Sebagaimana mereka
yang telah Engkau beri petunjuk",
maka apa maksud dari ungkapan ini?
Padahal kalau mau menyingkatnya
dengan, "Ya Allah berilah petunjuk
kepada kami" sudah tersirat maksud dari
permohonan do'a itu, namun mengapa
harus disertai "sebagaimana orang
yang telah Engkau beri petunjuk",
yaitu agar kalimat itu menjadi bagian
dari "tawassul"(perantara) untuk
mendapatkan kenikmatan-kenikmatan yang
Allah subhanahu wata،¦ala berikan kepada
mereka yang telah memperoleh
petunjuk-Nya agar Ia melimpahkannya
juga kepada kita melalui petunjuk
tersebut.

Dengan arti lain sesungguhnya kami
memohon kepada-Mu ya Allah suatu
petunjuk karena itu merupakan
sebesar-besar rahmat, kebijaksanaan, serta
keutamaan-Mu, maka sesungguhnya
Engkau yang telah memberikan petunjuk
kepada seluruh insan, maka
berilah petunjuk kepada kami sebagaimana
mereka yang telah Engkau beri
petunjuk. (Sampai di sini penjelasan Syaikh
al-Utsaimin)

Oleh karena itu seorang muslim
tidak akan pernah merasa bosan untuk
selalu minta hidayah (petunjuk)
kepada Allah subhanahu wata'ala,
baik
petunjuk berupa ilmu (hidayah irsyad)
dan petunjuk untuk melaksanakan
ilmu tersebut (hidayah taufiq).
Sebab kalau kita bertanya pada diri kita,
"Apakah kita mengetahui seluruh ilmu
dan kebaikan tanpa kecuali, maka
tentu dengan jujur kita akan menjawab
tidak, apalagi kalau ditanya
apakah kita sudah megerjakan seluruh
ilmu dan kebaikan tersebut tanpa
kecuali? Begitu juga kalau kita
tanyakan apakah kita mengetahui seluruh
keburukan tanpa kecuali tentu kita
akan menjawab tidak, dan lebih-lebih
kalau ditanya apakah kita mampu
menjauhi seluruh keburukan tersebut tanpa
kecuali, maka kita semua akan berkata tidak.

(Sumber: Duruus Wal Fatawa
Al Haram Al Makky, jilid 1, edisi terjemah
"Syarah Doa Qunut", Pustaka Islam Tadabbur)

April 22, 2007

|+ Judul : Nikah Cepat Atau Nikah Tepat ?

Judul : Nikah Cepat Atau Nikah Tepat ?

Adapun doa untuk cepat dapat jodoh,
saya belum menemukannya. Yang saya
ketahui adalah doa untuk mendapatkan
jodoh yang tepat, bukan yang cepat
secara waktu.
---------------------------------------------->>
selengkapnya klik link dibawah ini :
http://www.cybermq.com/cybermq/detail_kolom.php?id=214&noid=3

|+shalat Jumat ato maen bola

Ketika kita mengamati judul di atas, maka
sepintas dua hal tersebut
tidak ada kaitan dan hubungan sama sekali.
Yang pertama yaitu shalat
Jum'at, merupakan sebuah amalan yang utama
di dalam Islam dan masuk dalam
lingkup syari'at dan ibadah, sedangkan
satunya lagi adalah sebuah bentuk
permainan atau cabang olah raga
yang bersifat keduniaan dan tidak ada
sama sekali kaitannya dengan syari'at.
Namun, sungguh untuk saat ini
dua-duanya mempunyai kaitan, jika sepak bola itu dilakukan
atau ditayangkan siarannya bertepatan dengan
pelaksanaan shalat Jum̢۪at.
Tentang perintah untuk menegak kan shalat Jum'at,
maka al-Qur'an telah
menjelaskan dengan surat yang senama dengan hari
itu, â€Å“al-Jumu'ah.”
Di antara ayatnya yaitu, 
"Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan shalat
pada hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada
mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih
baik bagimu jika kamu
mengetahui." (QS. 62:9) 
 
Berjual beli adalah salah satu bentuk mata
pencaharian seseorang untuk
menafkahi keluarganya dan memenuhi
kebutuhannya,
dan hal itu merupakan
kewajiban. Namun walau demikian, dia
diperintahkan oleh Allah subhanahu
wata̢۪ala untuk ditinggalkan,
manakala adzan Jum'at telah
dikumandangkan. Sehingga berdasarkan
ini para ulama menyatakan haram berjual beli
setelah dikumandangkan adzan Jum'at.
Dan penyebutan jual beli di sini
bukan sebagai pembatasan, namun sekedar
contoh karena pada umumnya
pekerjaan masyarakat Arab ketika
itu adalah berdagang. Maka dengan demikian
segala bentuk pekerjaan, tugas dan
aktivitas apa saja wajib untuk
ditinggalkan jika telah ada panggilan shalat
Jum'at. Karena tidak ada
keuntungan dengan cara meninggalkan dzikrullah,
dan shalat Jumâat adalah
salah satu bentuk dzikrullah. 
Apabila telah ditunaikan shalat, maka
bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya
kamu beruntung. (Qs 62:10). 
 
Jual beli dan pekerjaan lainnya yang
halal dalam rangka mencari nafkah
adalah hal yang baik, namun kata Allah
meninggalkan itu semua demi
mendatangi Jum'at adalah lebih baik lagi.
Dan di dalam ayat itu, Allah
subhanahu wata̢۪ala telah mengaitkan
antara dzikrullah dengan
keberuntungan. Inilah penjelasan dari Rabb
yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
Maha Tahu seluk beluk kebaikan dan
kemaslahatan manusia. Maka seorang
Muslim wajib untuk taat dan patuh
kepada seruan Allah. Karena seorang
mukmin selalu ingat jaminan Allah berupa, 
Å“Katakanlah, "Apa yang di sisi
Allah adalah lebih baik daripada
permainan dan perniagaan", dan Allah
sebaik-baik Pemberi rezki. (QS.
62:11) 
 
Allah subhanahu wata'alaala-lah sebaik-baik
pemberi rizki! Tidak ada
makhluk yang melata di muka bumi ini, kecuali
menjadi tanggungan Allah
rizkinya. Bagaimana tidak, sedangkan seluruh
yang ada di langit dan bumi
adalah ciptaan dan milik Allah. Kalau ada
orang memperoleh makanan maka
makanan tersebut didapat dari bumi ciptaan
Allah. Kalau ada orang
mendapatkan emas dan perak, maka emas
dan perak itu dari perut bumi, belum
lagi oksigen, air, panas matahari dan
seabrek kenikmatan yang tidak
mungkin kita menghitungnya. Intinya bahwa
seluruh kenikmatan dan sarana
yang ada di dunia ini adalah kenikmatan dan
rizki dari Allah subhanahu
wata̢۪ala meskipun sebagiannya diolah dan
dibikin oleh tangan manusia.
 
Memang ada sebagian orang yang mengatakan,
bahwa dia justru mendapatkan
untung lebih dengan meninggalkan Jum'at,
karena dari hitungan matematis
sudah jelas, dan dia tidak kehilangan
waktu produktif. Bagi yang
berpikir picik mungkin akan membenarkan
pendapat ini, namun seorang mukmin
pikirannya jauh dan luas. Dia
tidak memandang
sekedar yang ada di depan
mata, yang tampak secara materi
(faham materialis). Dia punya prinsip
iman bilghaib, percaya terhadap yang
ghaib, yakni segala apa yang ada di
sisi Allah yang disebut oleh Allah
lebih baik daripada sekedar
permainan dan perniagaan. 
 
Sepak Bola dan Shalat Jum'at 
 
Yang akan kita bicarakan di sini adalah
sebuah fenomena yang terjadi di
tengah ummat Islam, manakala sedang ada
pertandingan sepak bola atau
siaran langsung sepak bola di dalam
televisi bertepatan dengan waktu
shalat Jum'at. 
 
Sebagaimana dimaklumi bahwa masyarakat
penggemar bola di dunia ini
jumlahnya mencapai berjuta-juta orang.
Demikian pula penggemar sepak bola
dari kalangan kaum muslimin juga amat banyak,
tidak sebanding dengan
jumlah jama'ah shalat Subuh di
kebanyakan masjid kaum muslimin.
 
Berkenaan dengan kaum muslimin yang
memadati tribun-tribun stadion atau
asyik di depan televisi untuk menyaksikan
pertandingan sepak bola, yang
bertepatan dengan pelaksanaan shalat Jum'at,
maka Syaikh Masyhur Salman
menyebut mereka sebagai orang yang lemah
akalnya dan mati nalurinya.
Hanya untuk fanatik sebuah klub
dan cabang olah raga dia rela
meninggalkan shalat Jum'at.
(al-Muhkam al- Matin, hal 137)
 
Selanjutnya di dalam buku yang sama
beliau mengatakan, "Yang ini
membela salah satu klub dan lainnnya
membela klub yang yang lain, bahkan
mereka yang tinggal satu rumah atau
sekeluarga masing-masing punya klub
andalan sendiri-sendiri. Terkadang
urusannya bukan sekedar menjagokan dan
meberi support saja, namun hingga
pada tingkat saling mengejek dan
merendahkan klub lawannya. Maka
sebagaimana yang kita saksikan, bahwa
terkadang pertandingan itu diakhiri
dengan aksi perkelahian dan bentrokan
fisik antar supporter sehingga jatuh
korban luka dan tewas dari kedua
belah pihak. 
 
Itulah harga yang harus dibayar oleh
ummat Islam demi sepak bola.
Mereka telah meninggalkan shalat Jum'at,
di samping juga kehilangan
kesempatan untuk memikirkan bagaimana
cara menghadapi musuh-musuh Islam dan
membicarakan masalah-masalah lain yang
lebih penting dan lebih besar.
Ummat Islam juga harus membayar dengan
hilangnya makna Izzah dan kemuliaan
ummat. Mereka telah bersusah payah
mengeluarkan harta yang banyak, dan
membuang-buang waktu yang tidak sedikit,
demi sebuah kefanatikan
terhadap satu cabang olah raga. 
 
Jika ummat Islam menggunakan waktu dan
biaya yang besar itu untuk
hal-hal yang membawa manfaat bagi ummat,
atau untuk karya-karya yang
memberikan faidah, maka ummat ini akan
menjadi lebih maju di dalam segala
bidang kehidupan. 
 
Yang lebih menyedihkan lagi adalah
berubahnya sudut pandang kaum
muslimin, yakni menurut mereka yang
namanya pahlawan di masa ini adalah para
pemain sepak bola, bukan orang yang
berjuang dan berusaha menjunjung
tinggi kemuliaan dan kebesaran ummat.
Sebagai konsekuensinya, maka ummat
tak segan-segan mengeluarkan biaya
besar untuk para pemain sepak bola.
Sedangkan Islam tidak membolehkan
bersikap terbalik dalam memandang
suatu masalah, namun menjelaskan
bahwa setiap manusia harus disikapi
secara proporsional tidak berlebihan
(ifrath) dan tidak menyepelekan
(tafrith). 
 
Intinya adalah bahwa sepak bola
pada masa ini telah digunakan oleh
musuh-musuh Islam sebagai salah satu
sarana untuk menghancurkan ummat, dan
mereka terus mempropagandakan serta
mebesar-besarkan hal tersebut
dengan sangat bombastis.
(al-Muhkam al-Matin, hal 138)
 
Saatnya Harus Bersikap 
 
Seorang muslim dituntut bersikap
adil dan proporsional, menempatkan
sesuatu pada tempatnya, menganggap
penting masalah yang penting dan
menganggap besar sesuatu yang besar.
Dan terkait dengan sepak bola, maka hal
tersebut pada dasarnya adalah mubah(boleh)
jika dilakukan dalam batasan
yang wajar dan tidak ada sisi negatif
serta kerusakan yang ditimbulkan
olehnya. Akan tetapi persoalannya berbeda
jika telah menyebabkan
seseorang meninggalkan Jum'at dan shalat
berjama'ah, meninggalkan
urusan-urusan yang hukumnya wajib
dan urusan penting lainnya.
 
Jika jual beli, berdagang, bekerja
dan mencari nafkah harus
ditinggalkan, apabila telah
dikumandangakan adzan
Jum'at, padahal mencari nafkah
dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan
adalah kewajiban, maka bagaimana
dengan sepak bola yang bukan apa-apa,
bukan kewajiban dan bukan pula
anjuran dalam agama? Coba marilah kita
sedikit merenung tentang sepak bola;
Apakan masyarakat menjadi cerdas dengan
sepak bola? Apakah sepak bola
mendatangkan rahmat dan ampunan Allah?
Apakah sepak bola dapat
mengangkat akhlak dan budi pekerti manusia?
Apakah dengan sepak bola Islam
menjadi mulia dan ilmu tersebar? Kita
semua tentu sepakat menjawab tidak.
Jika demikian apakah layak seorang muslim
membela mati-matian sepak bola
dengan meninggalkan shalat Jum'at dan
berjama'ah di masjid?
 
Syaikh Masyhur Salman juga menyebutkan
sebuah dokumen panduan rahasia
zionis ke tiga belas yang isinya, 
"Agar masyarakat terus dalam kesesatan
serta tidak tahu apa yang ada di
depannya dan apa yang di belakangnya,
tidak tahu apa yang diinginkan,
maka kita akan melakukan peningkatan
untuk memalingkan pikiran mereka,
dengan cara membuat berbagai media
yang hebat dan bersifat menghibur,
serta permainan-permainan yang
menggembirakan lagi menakjubkan.
Juga ....
dengan berbagai bentuk olah raga,
permainan dan apa saja yang menjadi
santapan bagi kesenangan dan syahwat
hawa nafsu. Juga memperbanyak gedung
dan istana yang megah serta rumah-rumah
yang dihiasi dengan sangat mewah.
Lalu kita jadikan pers dan media masa
saling mengajak untuk
berlomba-lomba dalam seni dan olah
raga." (al-Muhkam al-Matin, hal 138)
 
Kini kita tahu apa yang diinginkan
oleh musuh-musuh kita di balik
pagelaran dan ajang seni, hiburan dan
olah raga yang cenderung
dibesar-besarkan dan melampaui batas.
Tujuannya tidak lain yaitu agar ummat manusia
terus berada di dalam kesesatan, dan
tidak mampu melihat cahaya
kebenaran selama-lamanya. 
 
Maka jika kebenaran dan akal sehat
telah dikalahkan oleh syahwat serta
kecintaan terhadap selain Allah,
janganlah anda heran jika ada orang
yang mengaku muslim, namun masih
asyik di depan televisi untuk melihat
sebuah acara atau pertandingan
olah raga, padahal sudah masuk waktu
Jum'at dan shalat jama'ah. Dan
jangan heran pula, jika ada orang yang rela
mati hanya untuk membela sebuah
acara televisi, seorang artis,
olahragawan atau klub olah raga
tertentu sebagaimana yang terjadi
pada Mevi
seorang gadis penggemar acara
televisi, AFI. Andai saja pengorbanan ummat
Islam untuk agamanya sebesar
pengorbanan Mevi terhadap acara batil itu,
tentu ummat ini akan mencapai
Izzah dan kemuliaan.
 
Semoga Allah subhanahu wata'ala
membuka mata hati ummat Islam, para
orang tua, pemuda dan remaja muslim untuk
dapat melihat kebenaran
sebagai kebenaran lalu memberi kekuatan
untuk mengikutinya, dan melihat
kebatilan sebagai kebatilan lalu memberi
kemampuan untuk menjauhinya. Amin
ya Rabbal 'alamin. (Abu Ahmad) 

alsofwah.or.id

|+ Saat Aku Ingat Mati


 
Sesungguhnya kematian adalah haq, pasti terjadi, tidak dapat disangkal 
lagi. Allah ubhanahu wata'ala berfirman, artinya, 
"Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu 
selalu lari dari padanya." (QS. Qaaf:19) 
 
Adakah orang yang mendebat kematian dan sakaratul maut? Adakah orang 
yang mendebat kubur dan azabnya? Adakah orang yang mampu menunda 
kematiannya dari waktu yang telah ditentukan? 
 
Mengapa manusia takabur padahal kelak akan dimakan ulat? Mengapa 
manusia melampaui batas padahal di dalam tanah kelak akan terbujur? Mengapa 
berandai-andai, padahal anda mengetahui kematian akan datang secara 
tiba-tiba? 
 
Hakikat Kematian 
 
Adalah salah bila ada orang yang mengira bahwa kematian itu hanya 
ke-fana-an semata dan ketidak-adaan secara total yang tidak ada kehidupan, 
perhitungan, hari dikumpulkan, kebangkitan, surga atau neraka padanya!! 
Sebab andaikata demikian, tentulah tidak ada hikmah dari penciptaan dan 
wujud kita. Tentulah manusia semua sama saja setelah kematian dan dapat 
beristirahat lega; mukmin dan kafir sama, pembunuh dan terbunuh sama, 
si penzhalim dan yang terzhalimi sama, pelaku keta'atan dan maksiat 
sama, penzina dan si rajin shalat sama, pelaku perbuatan keji dan ahli 
takwa sama. 
 
Pandangan tersebut hanyalah bersumber dari pemahaman kaum atheis yang 
mereka itu lebih buruk dari binatang sekali pun. Yang mengatakan seperti 
ini hanyalah orang yang telah tidak punya rasa malu dan menggelari 
dirinya sebagai orang yang bodoh dan 'gila.' (Baca: QS. At-Taghabun:7, QS. 
Yaasiin: 78-79) 
 
Kematian adalah terputusnya hubungan ruh dengan badan, kemudian ruh 
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan seluruh lembaran amal 
ditutup, pintu taubat dan pemberian tempo pun terputus. 
 
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah 
menerima taubat seorang hamba selama belum sekarat." (HR. At-Turmu-dzi dan Ibn 
Majah, dishahihkan Al-Hakim dan Ibn Hibban) 
 
Kematian Merupakan Musibah Paling Besar!! 
 
Kematian merupakan musibah paling besar, karena itu Allah ubhanahu 
wata'ala menamakannya dengan 'musibah maut' (Al-Maidah:106). Bila seorang 
hamba ahli keta'atan didatangi maut, ia menyesal mengapa tidak menambah 
amalan shalihnya, sedangkan bila seorang hamba ahli maksiat didatangi 
maut, ia menyesali atas perbuatan melampaui batas yang dilakukannya dan 
berkeinginan dapat dikembalikan ke dunia lagi, sehingga dapat bertaubat 
kepada Allah ubhanahu wata'ala dan memulai amal shalih. Namun! Itu 
semua adalah mustahil dan tidak akan terjadi!! (Baca: QS. Fushshilat: 24, 
QS. Al-Mu'minun: 99-100) 
 
Ingatlah Penghancur Segala Kenikmatan!! 
 
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menganjurkan agar banyak mengingat 
kematian. Beliau bersabda, "Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan 
(maut)," (HR. At-Tirmidzi, hasan menurutnya). Imam Al-Qurthubi 
rahimahullah berkata, "Para ulama kita mengatakan, ucapan beliau, "Perbanyaklah 
mengingat penghancur kenikmatan", merupakan ucapan ringkas tapi padat, 
menghimpun makna peringatan dan amat mendalam penyampaian wejangannya. 
Sebab, orang yang benar-benar mengingat kematian, pasti akan mengurangi 
kenikmatan yang dirasakannya saat itu, mencegahnya untuk bercita-cita 
mendapatkannya di masa yang akan datang serta membuatnya menghindar dari 
mengangankannya, sekalipun hal itu masih memungkinkannya. 
 
Namun jiwa yang beku dan hati yang lalai selalu memerlukan wejangan 
yang lebih lama dari para penyuluh dan untaian kata-kata yang meluluhkan 
sebab bila tidak, sebenarnya ucapan beliau tersebut dan firman Allah 
ubhanahu wata'ala dalam surat Ali 'Imran ayat 185, (artinya, "Tiap-tiap 
yang berjiwa akan merasakan mati) sudah cukup bagi pendengar dan 
pemerhati-nya.!!" 
 
Siapa Orang Yang Paling Cerdik? 
 
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma pernah berkata, "Aku pernah menghadap 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang 
datang, lalu salah seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, "Wahai 
Nabi Allah, siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas?" 
Beliau menjawab, "(adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan 
paling siap menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka 
pergi (mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat." (HR. 
Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri) 
 
Faedah Mengingat Kematian 
 
Di antara faedah mengingat kematian adalah: 
- Mendorong diri untuk bersiap-siap menghadapi kematian sebelum 
datangnya. 
 
- Memperpendek angan-angan untuk berlama-lama tinggal di dunia yang 
fana ini, karena panjang angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya 
kelalaian. 
 
- Menjauhkan diri dari cinta dunia dan rela dengan yang sedikit. 
 
- Menyugesti keinginan pada akhirat dan mengajak untuk berbuat ta'at. 
 
- Meringankan seorang hamba dalam menghadapi cobaan dunia. 
 
- Mencegah kerakusan dan ketamak-an terhadap kenikmatan duniawi. 
 
- Mendorong untuk bertaubat dan mengevaluasi kesalahan masa lalu. 
 
- Melunakkan hati, membuat mata menangis, memotivasi keinginan 
mempelajari agama dan mengusir keinginan hawa nafsu. 
 
- Mengajak bersikap rendah hati (tawadhu'), tidak sombong, dan berlaku 
zhalim. 
 
- Mendorong sikap toleransi, me-ma'afkan teman dan menerima alasan 
orang lain. 
 
Perkataan Orang-Orang Bijak 
 
 
  a.. Al-Qurthubi rahimahullah berkata, "Umat sepakat bahwa kematian 
tidak memiliki usia tertentu, masa tertentu dan penyakit tertentu. Hal 
ini dimaksudkan agar seseorang senantiasa waspada dan bersiap-siap 
menghadapinya." 
 
 
 
  b.. Yazid Ar-Raqqasyi rahimahullah berkata kepada dirinya, "Celakalah 
engkau wahai Yazid! Siapa orang yang akan menggantikan shalatmu setelah 
mati? Siapa yang berpuasa untukmu setelah mati? Siapa yang memohon 
ridha Allah untukmu setelah mati? Wahai manusia! Tidakkah kamu menangis dan 
meratapi diri sendiri dalam sisa hidup kamu? Siapa yang dicari maut, 
kuburan jadi rumahnya, tanah jadi kasurnya dan ulat jadi teman dekatnya, 
lalu setelah itu ia akan menunggu lagi hari kecemasan yang paling 
besar; bagaimana kondisi orang yang seperti ini nanti.?" Beliau (Yazid-red) 
pun kemudian menangis. 
 
 
 
  c.. Ad-Daqqaq rahimahullah berkata, "Siapa yang banyak mengingat 
kematian, maka ia akan dimuliakan dengan tiga hal: Segera bertaubat; 
Mendapatkan kepuasan hati; dan bersemangat dalam beribadah. Dan siapa yang 
lupa akan kematian, maka ia akan disiksa dengan tiga hal: Menunda untuk 
bertaubat; Tidak merasa cukup dengan yang ada dan malas beribadah." 
 
 
 
  d.. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, "Sesungguhnya kematian 
ini telah merusak kenikmatan yang dirasakan para penikmatnya. Karena 
itu, carilah kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya."
 
 
 
Faktor-Faktor Pendorong Mengingat Kematian 
 
1. Ziarah kubur. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Berziarah 
kuburlah kamu, sebab ia dapat mengingatkanmu akan akhirat." (HR. Ahmad 
dan Abu Daud, dishahihkan Syaikh Al-Albani) 
 
2. Melihat mayat ketika dimandikan. 
 
3. Menyaksikan orang-orang yang tengah sekarat dan menalqinkan mereka 
dengan kalimat syahadat. 
 
4. Mengiringi jenazah, shalat atasnya serta menghadiri penguburannya. 
 
5. Membaca Al-Qur'an, terutama ayat-ayat yang mengingatkan akan 
kematian dan sakratul maut seperti ayat 19 surat Qaaf. 
 
6. Uban dan Penyakit. Kedua hal ini merupakan utusan malaikat maut 
kepada para hamba. 
 
7. Fenomena alam yang dijadikan Allah ubhanahu wata'ala untuk 
mengingatkan para hamba akan kematian seperti gempa, gunung meletus, banjir, 
badai dan sebagainya. 
 
8. Membaca berita-berita tentang umat-umat masa lalu yang telah 
dibinasakan oleh maut. 
 
Semoga Allah ubhanahu wata'ala menutup akhir hayat kita dengan Husnul 
Khatimah dan menerima semua amal shalih kita, Amin. (Abu Hafshah Hanif) 
 
(SUMBER: Buletin berjudul Kafaa bilmauti Waa'izha, Dep. Ilmiah Darul 
Wathan) 

Malu atau tak Mau Malu...?

 
Allah subhanahu wata'ala mencela orang-orang yang berkata tentang 
sesuatu dengan tanpa ilmu, Dia mencela mereka di dalam Kitab-Nya yang Agung
dan melalui lisan rasul-Nya yang mulia. Ini disebabkan karena ucapan
tanpa ilmu adalah menyesatkan bukan memberi petunjuk, merusak bukannya
mem-bangun. Sedangkan ucapan seseorang "Aku tidak tahu" dalam suatu hal
yang tidak dia ketahui maka ini bukanlah aib, bukan cela dalam ilmunya
maupun dalam kemampuannya, bahkan merupakan cerminan kesem-purnaan
pengetahuannya.
 
Ketika Allah subhanahu wata'ala bertanya kepada para Rasul tentang
ummatnya sepeninggal mereka, yakni tatkala mereka dikumpulkan pada hari
Kiamat maka para rasul menjawab, "tidak tahu." Allah subhanahu wata'ala
berfirman, artinya,
"(Ingatlah), hari diwaktu Allah mengumpulkan para rasul, lalu Allah
bertanya (kepada mereka), "Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)-mu". Para
rasul menjawab, "Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu); sesungguhnya
Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghaib". (QS. Al-Maaidah:109)
 Demikian para rasul ketika Allah subhanahu wata'ala bertanya tentang 
ummatnya, "Apa jawaban ummatmu terhadap seruanmu?" Maka mereka menjawab,
"Kami tidak mempunyai pengetahuan tentang itu," pengetahuan tentang itu
hanya ada pada-Mu wahai Rabb kami, Engkau lebih mengetahui daripada
kami, sebab Engkaulah yang mengetahui perkara ghaib, yaitu Engkau
mengetahui segala sesuatu yang ghaib dan yang tampak." (Taisir Al-Karim
Ar-Rahman, Syaikh Abdur Rahman bin Nashir as-Sa'di, 2/36)
 Ketika Allah subhanahu wata'ala bertanya kepada para malaikat tentang 
nama-nama benda yang ada di bumi, maka para malaikat menjawab
sebagaimana firman-Nya, artinya,
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman, "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang kamu orang yang benar!"
Mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah:31-32)
Para malaikat tidak malu untuk menyerahkan perkara yang tidak mereka 
ketahui kepada yang mengetahuinya yakni Allah subhanahu wata'ala.
 Ilmu merupakan lautan yang tidak bertepi, dan tidak ada yang dapat 
meliputinya kecuali Dzat yang Maha Meliputi segala sesuatu dengan ilmu,
Allah Yang Maha Agung.
Adapun manusia, maka seluruh manusia hanya mempunyai perbekalan sedikit
dari ilmu, sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala, artinya, "Dan
tiadalah kalian diberikan ilmu kecuali hanya sedikit." (QS. Al-Israa':
85). Jika demikian, maka bukan hal yang memalukan dan bukan merupakan
aib jika seorang guru, ustadz atau siapa saja mengatakan tidak tahu
terhadap apa yang tidak dia ketahui.
 
Al-Mawardi rahimahullah dalam Adabu ad-Dunya wa ad-Diin hal 123 
mengatakan, "Jika seseorang tidak dapat menguasai sesuatu dengan ilmu maka 
bukan merupakan cela jika dia bodoh dalam sebagiannya. Dan jika bodoh 
dalam sebagian perkara bukan suatu aib maka bukan merupakan keburukan jika 
seseorang mengatakan "Aku tidak tahu" dalam hal yang tidak ia ketahui." 
 
Bahkan merupakan keburukan yang sangat besar jika seseorang melakukan 
penipuan terhadap orang lain dengan ucapan yang salah dan ngawur. Para
siswa atau pun masyarakat pada umumnya jika mendapati seorang pengajar
atau ustadz yang memberikan jawaban salah (ngawur) hanya semata-mata
agar bebas dari satu kasus tertentu, maka suatu saat kebohongannya pasti
akan tersingkap baik dalam waktu dekat atau lambat. Dan yang terjadi
setelah itu adalah para siswa atau orang-orang akan kehilangan
keper-cayaan terhadap setiap pengajaran dan informasi yang dia sampaikan.
 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri ketika beliau ditanyai
sesuatu lalu beliau tidak mengetahui jawabannya, maka beliau
mengatakan, "Aku tidak tahu," sehingga turun wahyu kepada beliau tentang hal
tersebut.
 
Suatu ketika ada seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 
'alaihi wasallam, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah tempat manakah yang
paling baik? Maka beliau menjawab, "Aku tidak tahu." Lalu orang tersebut
bertanya lagi, "Tempat manakah yang paling buruk?" Maka Rasulullah
menjawab, "Aku tidak tahu." Orang tersebut lalu berkata, "Tanyakanlah kepada
Rabbmu." Maka datanglah Jibril 'alaihissaalam kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau berkata, "Wahai Jibril tempat manakah
yang paling baik? Jibril menjawab, "Aku tidak tahu." Lalu Nabi bertanya
lagi, "Tempat manakah yang paling buruk?" Maka Jibril menjawab, "Aku
tidak tahu." Demikianlah, hingga akhirnya Jibril 'alaihissaalam bertanya kepada
Allah subhanahu wata'ala, sehingga diberitahukan bahwa tempat yang paling
baik adalah masjid-masjid, dan tempat yang paling buruk adalah
pasar-pasar.
Abu Bakar radhiyallahu 'anhu juga telah mem-berikan contoh kepada kita 
dalam meneladani Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dia
mengatakan, "Langit yang manakah tempat aku bernaung, bumi manakah tempat aku
berpijak jika aku mengatakan tentang Kitabullah dengan tanpa ilmu?"
 Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu juga mengatakan, "Sesungguhnya termasuk 
bagian dari ilmu jika engkau mengatakan tentang sesuatu yang tidak
engkau ketahui, 'Allahu a'lam (Allah yang lebih tahu)."
 Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah mengatakan sebagaimana 
diriwayat-kan oleh Asy-Sya'bi, bahwa beliau keluar menemui para tabi'in lalu berkata, "Sungguh membuat hati menjadi sejuk." Lalu ditanyakan,
"Apakah itu?" Beliau berkata, "Engkau mengatakan, "Allahu a'lam" terhadap
sesuatu yang tidak engkau ketahui."
 Nafi' mantan budak Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu meriwayatkan dari 
beliau, dia mengatakan, "Bahwa Ibnu Umar apabila ditanya tentang sesuatu
yang tidak dia ketahui dia menjawab, "Tidak tahu, aku tidak memiliki
pengetahuan tentang itu." Dan tentunya masih banyak ucapan-ucapan yang
semakna dengan ini dari para shahabat, para imam dan ulama kaum muslimin.
Seorang penyair berkata, 
Jika kau tak tahu tentang sesuatu yang ditanyakan padamu 
Sementara tentangnya engkau tidak punya ilmu 
Maka jangan katakan dengan tanpa kepahamanmu 
Sesungguhnya kesalahan adalah cela bagi ahli ilmu 
 
Jika engkau tidak tahu akan suatu perkara 
Maka katakan aku tidak tahu jawabannya 
Inilah bagian dari ilmu di sisi para ulama 
Demikian selalu dikatakan oleh para hukama. 
 
Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 
   a.. Ucapan dengan tanpa ilmu adalah perbuatan yang tercela, baik 
menurut Kitabullah maupun sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. 
  b.. Orang yang berbicara dengan tanpa ilmu maka dia merusak bukan 
membawa kebaikan. 
   c.. Ketidaktahuan tentang sesuatu bukan merupakan aib dan kekurangan 
bagi seorang guru (pengajar). 
  d.. Rasa malu atau keengganan mengucapkan, "saya tidak tahu" jangan 
sampai menyebabkan seorang pengajar memberikan informasi yang salah 
kepada para pelajar. 
  e.. Setiap pengajar wajib menanamkan pondasi sikap ini kepada seluruh 
siswa dan menekankan hal tersebut. 
  f.. Ucapan "saya tidak tahu" adalah bagian dari ilmu bahkan Abu 
Darda' radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa ia adalah separuh dari ilmu." 
 
 Sumber: "Al Mu'allim al Awwal, Fuad bin Abdul Aziz Al Syalhub (Kholif 
Abu Ahmad)